Mogadishu (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 51 orang dilaporkan tewas, Minggu (22/4), dalam serangkaian bentrokan di antara pasukan Ethiopia dan gerilyawan muslim di Mogadishu, ibukota Somalia, sehingga jumlah kematian menjadi lebih dari 219 selama lima hari pertempuran. Puluhan mayat yang membusuk tergeletak di jalan-jalan ketika pasukan yang bertikai itu terlibat dalam tembak-menembak artileri dan senapan mesin, menghancurkan sejumah bangunan di Mogadishu utara dan selatan, demikian laporan AFP. Ratusan warga sipil yang ketakutan pergi meninggalkan kota tersebut dan bergabung dengan puluhan ribu orang yang sudah mengungsi di tengah berkobarnya kekerasan terburuk di kota pelabuhan itu selama 15 tahun ini. Dengan kematian-kematian terakhir itu, jumlah orang yang tewas selama lima terakhir ini menjadi 219, kata Sudan Ali Ahmed, pemimpin Organisasi Hak Asasi Manusia dan Perdamaian Elman yang memantau jumlah korban. Sebanyak 62 warga sipil yang cedera dibawa ke rumah sakit. Menurut Ahmed, pihaknya telah menemukan mayat 42 warga sipil dan sembilan mayat gerilyawan oposisi pada Minggu. Sejumlah saksi mata mengatakan, jumlah korban munngkin jauh lebih tinggi karena orang-orang yang tewas dan cedera bergeletakan di daerah-daerah yang terlalu berbahaya untuk dijangkau, sementara rumah sakit kewalahan menangani korban. Beberapa orang penduduk mengatakan, kedua pihak melepaskan tembakan tanpa mempedulikan akibat terhadap warga sipil. Kekerasan empat hari pada awal bulan ini menewaskan sedikitnya 1.000 orang dalam bentrokan-bentokan yang digambarkan sebagai pertumpahan darah yang terburuk sejak penggulingan diktator Somalia Mohamed Siad Barre pada 1991. PBB menyatakan, sedikitnya 321.000 orang telah meninggalkan Mogadishu sejak Februari. Banyak dari mereka berlindung di tenda-tenda di bawah pohon dan di gubuk-gubuk darurat di daerah pinggiran kota tersebut tanpa perbekalan dan wabah penyakit pun mulai membayang. Prospek gencatan senjata terkoyak-koyak pekan lalu setelah pasukan Ethiopia menolak bertemu dengan para sesepuh suku dominan Mogadishu Hawiye sampai para komandan pemberontakan hadir. Perdana Menteri Ali Mohamed Gedi dukungan Ehiopia telah berjanji menumpas para pemberontak, yang beberapa diantaranya dituduh terkait dengan jaringan teror Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Pasukan Ethiopia membantu pemerintah sementara Somalia dukungan PBB menghalau kelompok muslim garis dari Mogadishu pada Januari. Namun, sejak itu pertempuran terus memburuk ketika panglima-panglima perang pemberontak dan suku mengobarkan perang gerilya. Sekitar 1.500 prajurit penjaga perdamaian Uni Afrika (AU) dari Uganda, yang ditempatkan di ibukota pesisir itu sejak awal Maret, telah tidak mampu membendung kekerasan yang meningkat. Pasukan Uganda itu adalah kontingen pendahuluan dari sekitar 8.000 prajurit penjaga perdamaian yang akan digelar AU di Somalia. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007