Yogyakarta (ANTARA News) - Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang terkenal dengan nama Mbah Maridjan masih tetap sibuk kendati aktivitas Gunung Merapi sudah lama mereda. Saat ditemui ANTARA News di rumahnya belum lama ini di Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sang `roso-roso` itu sudah bersiap pergi melayat saudara yang tak jauh dari rumahnya. Mengenakan pakaian batik cokelat dan sarung berwarna senada, ia duduk di batu di halaman rumahnya menatap anak-anak bermain bola plastik. Sekilas tampak tak ada yang berubah dari juru kunci Gunung Merapi itu. "Mau pergi kemana, nak? Ketemu saya? Mari, silakan masuk," sapanya dengan bahasa Jawa halus memulai perbincangan. Secara santun, ibu jarinya menunjuk ke dalam rumah untuk menyilakan masuk, meskipun si pengantar sudah menungguinya. Ruang tamu dengan banyak kursi dan beberapa meja yang ditata memanjang penuh sejumlah toples isi aneka makanan ringan dan air mineral gelas. Buku tamu besar warna biru yang masih kelihatan baru diletakkan begitu saja di antara suguhan itu. Mimik muka Mbah Maridjan segera berubah ketika mulai disodori pertanyaan tentang masalah yang sedang hangat-hangatnya di DIY, yakni pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang tak ingin lagi menjadi Gubernur DIY pasca-purna tugas pada 2008. "Saya tidak tahu masalah itu, karena urusan itu urusannya pemerintah," katanya. Selanjutnya, kalimat-kalimat singkat yang sulit diartikan meluncur dari bibir tuanya. Tetapi, suasana kembali cair ketika tak lagi disinggung persoalan politik. "Saya di rumah hanya bersih-bersih," jawabnya saat ditanya apa kesibukannya saat ini. Jawaban yang masih menunjukkan sikap rendah hati. Belum tuntas berbincang, dua pemuda mengetok pintu kemudian mencium tangannya. Mereka mengantri untuk bertemu. Ketika pamit, tak lama kemudian dua pemuda itupun menyusul. Sementara itu, seorang pendaki dan pasangannya menghentikan langkah hanya sampai di depan warung tetangga Mbah Maridjan, karena melihat pria fenomenal itu berjalan menuju si pengantar yang sudah menghidupkan motor. "Ya, ya sudah. Besok lain kali saja lah," katanya Mbah Maridjan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007