Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Manokwari Denny Putiray di Manokwari, Kamis mengatakan, badai ini cukup sering muncul di wilayah Papua Barat. Badai tersebut mampu menarik angin dan awan.
"Setelah terjadi konergensi, awan yang terkumpul akan berubah menjadi hujan. Ini cukup sering terjadi dan terkadang muncul secara tiba-tiba lalu hilang lagi," kata Denny.
Dia mengutarakan, badai Eddy saat ini berada di wilayah perairan laut utara dan selatan Papua Barat. Meskipun tidak terlalu berbahaya, dia mengimbau para nelayan di daerah tersebut waspada dan lebih baik menghindari.
Angin pada badai tersebut, ujarnya menjelaskan, bisa memicu tinggi gelombang air laut. Situasi tersebut dinilai membahayakan keselamatan nelayan.
"Beberapa hari terakhir ini, angin di perairan wilayah utara dan selatan Papua Barat cukup kencang, antara 5 hingga 15 knot atau 10 sampai 30 km/jam. Angin bergerak dari arah timur ke tenggara," katanya lagi.
Menurut dia, gelombang cukup tinggi, dapat terjadi di wilayah perairan Manokwari dan beberapa wilayah utara serta selatan Papua Barat, seperti Fakfak dan Kaimana. Tinggi maksimum gelombang tersebut diperkirakan mencapai 2 meter.
Denny menambahkan, badai Eddy terjadi hampir setiap tahun di wilayah Papua Barat. Kondisi ini berdampak pada curah hujan yang terjadi baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Pewarta: Toyiban
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016