"Sejauh ini layanan telekomunikasi di Aceh dalam keadaan aman, lancar dan terkendali," kata Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo di Jakarta, semalam.
Gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya dan sekitarnya di Provinsi Aceh sekitar Rabu (7/12) pukul 05.03 WIB.
Menurut Arif, jaringan Telkom normal tanpa kendala yang berarti, namun teknisi dan jajaran Telkom di Aceh terus memantau situasi untuk memastikan layanan tidak terganggu.
"Di lokasi terdekat pusat gempa saat ini, yakni di Kabupaten Pidie terdapat dua STO (Sentral Telepon Otomat) milik Telkom, yaitu STO Samalanga dan STO Merdu. Saat ini kedua STO tersebut beroperasi secara normal meskipun pasokan listrik terputus dan saat ini beroperasi dengan genset," ujar Arif.
Lebih jauh ia menjelaskan, meskipun jalur backbone fiber optik dilaporkan aman, namun Telkom terus memantau dan mengecek situasi di lapangan, khususnya di titik-titik kritis akibat gempa.
Pihaknya menaruh perhatian khusus terhadap keberlangsungan layanan telekomunikasi di Aceh. "Kami menyadari dalam situasi darurat seperti saat ini, fasilitas telekomunikasi sangat diperlukan, khususnya untuk penanganan tanggap darurat," katanya.
Terkait trafik komunikasi Arif menjelaskan sempat terjadi kenaikan trafik telekomunikasi dari dan ke Aceh.
Guna membantu masyarakat yang tertimpa musibah di Aceh, Telkom bekerjasama dengan aparat setempat akan segera mendirikan posko dapur umum, menyediakan tenaga medis dan obat-obatan serta layanan telekomunikasi gratis.
Sehubungan dengan gempa di Aceh tersebut, pihaknya masih melakukan pemantauan untuk fasilitas telekomunikasi (fastel) TelkomGroup.
"Semoga warga Aceh dan sekitarnya selalu di dalam lindungan Allah SWT sehingga semuanya diberikan keselamatan," pungkas Arif.
Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa bumi terletak pada 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016