Yangon (ANTARA News) - Myanmar dan Korea Utara (Korut) mungkin akan menandatangani perjanjian pekan depan untuk memulai lagi hubungan diplomatik, beberapa sumber mengatakan Sabtu, lebih dari dua dasawarsa setelah negara yang mengasingkan diri itu memutuskan hubungan karena satu serangan bom mematikan. "Kedua belah pihak mungkin akan mencapai satu perjanjian pekan depan untuk memulai lagi hubungan diplomatik," kata sumber kementerian luar negeri Myanmar, seperti dikutip AFP. "Namun, kami masih membicarakan rinciannya," kata sumber itu, yang menolak untuk memberikan informasi lagi, termasuk tanggal kedatangan delegasi Korea Utara. Seorang diplomat Barat yang bermarkas di Yangon mengatakan bahwa delegasi Korea Utara itu dipimpin oleh Wakil Menlu Kim Yong-Il yang telah mengunjungi China dan akan melakukan perjalanan ke Myanmar pada akhir April. "Mereka akan datang dengan pasti ke Myanmar pada akhir bulan ini. Namun kami belum dapat memastikan tanggal tepatnya," kata diplomat itu yang menolak untuk disebutkan namanya. Myanmar yang diperintah-militer dan Korea Utara yang komunis memutuskan hubungan setelah Korea Utara melakukan serangan bom mematikan pada satu delegasi pemerintah Korea Selatan di Mausoleum Martir, dekat pagoda Shwedagon yang terkenal, di Yangon, 1983. Serangan itu ditujukan untuk membunuh presiden Korea Selatan waktu itu Chun Doo Hwan yang sedang dalam kunjngan resmi ke Yangon. Chun selamat dari ledakan itu tapi ledakan itu menewaskan 17 dari rombongannya, termasuk empat menteri kabinet, sementara 17 orang yang lain terluka. Empat pejabat Myanmar juga tewas dalam ledakan itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007