Saya sudah diminta untuk menjadi pelatih di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 2017Denpasar (ANTARA News) - Atlet putri Indonesia Mariati mengakhiri karir sebagai atlet pencak silat nasional dengan meraih medali emas dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-17 di Denpasar, Bali.
Pada pertandingan final kategori tanding kelas bebas putri, Kamis, Mariati menang 5-0 atas pesilat Thailand Suwichada Pruphetkaew.
Sebelumnya, Mariati menang atas pesilat Vietnam Nguyen Long Van Trang pada laga semifinal kelas bebas putri, Selasa (6/12).
"Saya sudah diminta untuk menjadi pelatih di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 2017. Sebenarnya saya sudah lama juga diminta untuk menjadi pelatih, tapi saya masih harus mengikuti pelatnas di Jakarta," ujar Mariati.
Pegawai Negeri Sipil Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Barat itu mengatakan akan mulai melatih pencak silat untuk anak-anak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Dalam pertandingan-pertandingan kejuaraan dunia itu, Mariati mengatakan kunci kemenangannya adalah dengan membaca pola gerakan lawan.
"Saya harus mengamati gerakan lawan dalam satu dua pukulan. Tapi, saya juga perlu perbaikan gerakan ketika menghadapi lawan-lawan yang punya gerakan lambat," kata peraih medali perak dalam SEA Games 2011 dan SEA Games 2013 itu.
Medali emas Mariati di Denpasar itu merupakan medali emas keduanya yang diraih dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat. Sebelumnya dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2015 di Phuket, Thailand, Mariati juga menyabet medali emas.
Sementara, pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2010 di Jakarta dan Kejuaraan Dunia Penak Silat 2012 di Chiang Rai, Thailand, atlet berusia 34 tahun itu meraih medali perak.
Indonesia sementara meraih satu medali emas, dua perak, dan satu perunggu pada kategori tanding dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2016.
Dua medali perak Indonesia diperoleh dari kelas G putra oleh Eka Yulianto dan kelas I putra oleh Firdhana Wahyu Putra. Sedangkan satu medali perunggu disumbangkan Eko Febrianto pada kelas J putra.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016