"Selama ini, kita lihat di jalan yang rusak, ditanami pohon pisang. Hal itu terjadi karena masyarakat tidak dilibatkan dalam pembangunan itu sendiri," ujar Staf Gender Indonesia Infrastructure Initistive (IndII), Eko Setyo Utomo, dalam acara KSI Knowledge Sharing di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan pembangunan seharusnya diintegrasikan dalam segala aspek pelibatan publik khususnya kaum perempuan.
"Berdasarkan pengalaman kami, tidak banyak orang yang punya perspektif gender. Kami memfasilitasi hal itu, bagaimana isu gender dilibatkan dalam pelibatan publik."
Eko mengatakan bahwa perspektif gender harus diterapkan kepada semua aktivitas pembangunan.
"Kontribusi untuk menguatkan persamaan dan inklusi dapat melalui partisipasi, akses, manfaatnya dan kontrol," katanya.
Aksi afirmatif diaplikasikan dengan aktivitas signifikan seperti konsultasi, perhatian publik, pembangunan kapasitas, dan pembangunan kebijakan.
Sementara itu, Perwakilan dari Sajogyo Institute, Siti Maimunah, mengatakan kaum perempuan masih malu-malu untuk berperan aktif dalam pembangunan.
"Di beberapa kasus yang kami temui, kaum perempuan baru bergerak begitu ada pemicunya dahulu. Jika tanpa pemicu, sangat jarang perempuan untuk tampil," kata Siti.
Untuk itu, kaum perempuan perlu didorong untuk tampil agar dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan.
(I025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016