Sebanyak 50 kamar rawat inap tidak berani kita gunakan dan hanya 15 kamar rawat inap yang bisa dipakai, selebihnya korban ditangani oleh tim medis di tenda darurat dan dirujuk ke RSUD Sigli, RSUD Bireuen dan RSU Zainoel Abidin Banda Aceh."
Meureudu, Aceh (ANTARA News) - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Pidie Jaya Erlinda mengakui, sekitar 70 persen fasilitas kesehatan milik pemerintah setempat rusak karena guncangan gempa 6,5 skala richter (SR) Rabu pagi.

"Sekitar 70 persen bangunan RSUD rusak dan tidak bisa dipergunakan," katanya di komplek RSUD setempat di Meureude, Rabu.

Erlinda menyampaikan, dampak dari gempa itu 50 kamar rawat inap tidak bisa dipergunakan karena dindingnya retak parah dan dikhawatirkan akan roboh jika terjadi gempa susulan.

"Sebanyak 50 kamar rawat inap tidak berani kita gunakan dan hanya 15 kamar rawat inap yang bisa dipakai, selebihnya korban ditangani oleh tim medis di tenda darurat dan dirujuk ke RSUD Sigli, RSUD Bireuen dan RSU Zainoel Abidin Banda Aceh," ujarnya.

Untuk mengantispasi lonjakan rujukan korban gempa, pihaknya mendirikan dua tenda darurat di halaman rumah sakit tersebut.

"Kita sudah melakukan antispasi dan tim dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dari Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara sudah tiba dan siap membantu serta melayani korban gempa," katanya lagi.

Ia memastikan, jumlah obat yang tersedia di RSUD masih tercukupi, bahkan dokter dari Tim Pemerhati Kepala dan Leher sudah datang dengan membawa sejumlah bantuan obat dan makanan.

"Tim pemerhati dari Rumah Sakit Cut Mutia, Dinkes Aceh Utara, Rumah Sakit Datu Beru Takengon yang keseluruhan ada 50 orang dipimpin oleh Dr Indra Z,SP.THT-KL sudah tiba disini dengan membawa sejumlah bantuan alat medis, obat-obatan dan amakanan," akuinya.

Pewarta: Irman Yusuf
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016