Surabaya (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menengarai akhir-akhir ini banyak masjid yang didirikan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) yang dikuasai kelompok lain yang muncul di era reformasi, dan memusatkan kegiatan mereka di masjid. "Kita pertahankan masjid kita jangan sampai jatuh ke kelompok lain, karena itu kita harus benar-benar menjadikan masjid sebagai markas masyarakat dan ilmu pengetahuan," ujar Ketua PBNU, KH Masdar F. Mas`udi, di Surabaya, Minggu. Ia mengemukakan hal itu saat berbicara pada Halaqah Lembaga Takmir Masjid Indonesia (LTMI) NU se-Indonesia di Kantor Sekretariat Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Timur. Menurut dia, perebutan masjid-masjid milik NU di sejumlah daerah bukan rahasia lagi, termasuk di Surabaya yang konon ada dua masjid yang sudah dikuasai kelompok lain, namun akhirnya dapat diambil alih kembali. "Karena itu, PBNU menyerukan kepada kaum nahdliyin untuk tetap mempertahankan masjid mereka dengan mengembalikan fungsi masjid sebagaimana zaman Rasulullah, yakni fungsi masjid tidak sebatas untuk kegiatan ibadah (shalat)," katanya menegaskan. Namun, katanya, Rasulullah mengajarkan fungsi masjid untuk untuk ibadah dan sekaligus membangun peradaban. Selain itu, katanya, pihaknya mengimbau kaum nahdliyyin untuk mulai sekarang menelusuri kepemilikan masjid atau orang yang memiliki tanah dan membangun untuk masjid. "Dengan begitu akan jelas siapa pemilik masjid dan apakah NU diberi hak untuk mengelola, sehingga NU juga tidak sampai merebut masjid milik orang lain, tapi kalau masjid itu sudah menjadi milik NU, ya harus kita pertahankan," katanya. Dalam kaitan itu, menurut dia, kalangan ulama atau pemimpin perlu mentaati keputusan organisasi, sehingga PBNU sebagai organisasi dapat mengelola masjid tanpa harus jalan sendiri-sendiri di tangan masing-masing tokoh. "Kalau kita jalan sendiri-sendiri, maka peluang orang lain untuk menguasai masjid milik orang NU akan semakin mudah, karena tak terorganisir dalam satu manajemen," paparnya. Secara terpisah, pakar aliran Islam, KH Imam Ghazali Said MA, di forum itu menegaskan bahwa perebutan masjid NU tidak lepas dari peranan sejumlah kelompok Islam non-NU. "Beberapa kelompok Islam itu memang baru berani muncul pada era reformasi akhir-akhir ini, kemudian mereka kerap menggunakan masjid sebagai pusat kegiatan," ucap pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur, Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, tersebut. Oleh karena itu, katanya, masyarakat NU harus waspada dan mengenali karakter kelompok Islam yang menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan, dan mereka getol menolak keberadaan masyarakat non-muslim itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007