Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan mengatakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mempunyai banyak program sebagai upaya pencegahan terorisme dan esktremisme di Kota Pahlawan.
"Terjadinya aksi ekstremisme mayoritas berawal dari kemiskinan dan kesendirian," kata Risma saat pembukaan East Asia Summit di Hotel JW Marriot, Surabaya, Senin.
Untuk itu, lanjut dia, Pemkot Surabaya berupaya membangun masyarakat toleran yang meski berbeda. Ia mengatakan di Surabaya, meski ada berbagai macam etnis, tetapi mau membaur dan bersama-sama membangun kota.
Tentunya itu, lanjut dia, hal ini berdampak positif pada keamanan kota serta menjamin keberlangsungan perekonomian di Kota Surabaya.
"Sekarang kami lagi mendata warga yang kena PHK. Jangan sampai dimanfaatkan seseorang dengan imbalan. Sebab, di saat seseorang bingung, apapun bisa terjadi. Kami harus bangun dan pererat lagi dengan aktifitas macam-macam. Kami juga rapatkan barisan dengan kepolisan, ulama dan masyarakat," ujarnya.
Wali kota memaparkan perihal upaya-upaya yang telah dilakukan Pemkot Surabaya untuk menangkal aksi ekstremisme di Kota Pahlawan, di antaranya adanya pengamanan swakarsa yang dilakukan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
Selain itu, lanjut dia, juga program kemitraan antara polisi dan masyarakat (FKPM), serta kompetisi lomba cipta kampung aman.
"Beberapa program itu telah terbukti mampu mengurangi angka kriminalitas di Surabaya. Utamanya di kampung-kampung," katanya.
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Duta Besar Jose Tavares menyatakan Kota Surabaya salah satu contoh terbaik untuk menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman budaya bisa menghargai dan saling hidup berdampingan.
"Itu yang penting untuk kita bagikan kepada dunia," kata Jose Tavares saat pembukaan East Asia Summit.
Jose Tavares mengatakan pencegahan merupakan upaya kunci dalam menyelesaikan permasalahan terorisme di dunia. Peserta seminar berkumpul dalam rangka membahas nilai-nilai yang moderat dan penuh toleran.
"Dan ini harus dilakukan secara kolektif antar-negara. Tidak bisa satu negara saja. Penting adanya keterlibatan banyak orang dengan latar belakang yang berbeda dalam upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme serta ekstremisme dengan kekerasan," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016