"Jadi, beberapa perangkat untuk operasional layanan nomor tunggal panggilan darurat 112 berupa peralatan, server dan jaringan internet merupakan bantuan sewa dari pemerintah," katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Agus yang ditemui di sela pelatihan 15 orang petugas layanan nomor tunggal panggilan darurat 112 Kota Mataram mengatakan, peralatan tersebut disewa selama tiga tahun.
Pasalnya, Kota Mataram merupakan salah satu dari 10 kota di Indonesia yang menjadi lokasi uji coba nomor tunggal panggilan darurat 112.
"Setelah tiga tahun, pemerintah berharap pemerintah daerah bisa menyediakan sendiri peralatan yang dibutuhkan agar layanan nomor tunggal panggilan darurat 112 tetap beroperasional," katanya.
Menurutnya, berbagai layanan nomor tunggal panggilan darurat 112 (emergency call center 112) saat ini dalam proses pengiriman.
"Sembari menunggu peralatan tersebut tiba dan dipasang di kota ini, kita terlebih dahulu memberikan pelatihan kepada para petugasnya agar mereka bisa melayani dengan baik, cepat dan tepat," katanya.
Pelayanan panggilan darurat yang dirancang pemerintah melalui layanan telpon 112 akan sangat mudah diingat oleh siapa pun termasuk anak-anak pada tingkat sekolah dasar.
Pelayanan gratis 112, katanya, bahkan dapat dihubungi kendati telepon genggam dalam kondisi terkunci, tidak ada pulsa, bahkan tidak ada "sim card".
Angka 112 dipilih karena secara internasional angka tersebut memang disiapkan untuk panggilan darurat sehingga akan lebih mudah diingat.
"Dengan demikian, masyarakat yang berada dalam kondisi darurat dan membutuhkan bantuan segera dapat menghubungi nomor tersebut untuk ditindaklanjuti," katanya.
Selain Kota Mataram, beberapa daerah yang menjadi lokasi uji coba nomor tunggal panggilan darurat 112 adalah, Tangerang, Makassar, Batam, Balikpapan, Denpasar, Depok, Bogor, Bandung dan Surakarta.
"Sedangkan untuk Kota Surabaya dan DKI yang saat ini sudah mulai beroperasional mereka melaksanakan program tersebut secara mandiri," sebutnya.
Pewarta: Nirkomala
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016