"Permasalahan terorisme sudah kami urut. Dari situ diketahui bahwa kita harus mengkombinasikan langkah-langkah penanggulangan terorisme dengan 'bermain' lebih proaktif di hulu-hilir," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di Kantor BNPT, Senin.
Menurut dia, BNPT telah menyusun program penanggulangan terorisme yang lebih komprehensif, salah satunya pemantapan program deradikalisasi yang lebih efektif.
Suhardi menjelaskan beberapa hal yang menjadi fokus BNPT dalam penanganan terorisme, di antaranya adalah terkait ISIS, terutama mencegah warga negara Indonesia yang akan berangkat ke Suriah untuk bergabung ke ISIS serta mengantisipasi mereka yang kembali ke Tanah Air.
Menurut dia, upaya menetralisasi WNI yang kembali dari Suriah sangat penting mengingat mereka yang berangkat ke basis ISIS itu tidak hanya laki-laki atau perempuan dewasa, tetapi banyak di antaranya adalah anak-anak.
"Kembalinya mereka ini akan menjadi problem besar manakala kita tidak bisa mereduksi tingkat radikalisasi mereka. Ini menjadi tugas BNPT untuk mengedepankan langkah-langkah tersebut," kata Suhardi.
Fokus BNPT lainnya adalah kondisi dan peta terorisme di dalam negeri, salah satunya belajar dari kasus teror bom Samarinda yang dilakukan oleh mantan napi terorisme.
BNPT mengakui bahwa program deradikalisasi harus terus dibenahi dan dimaksimalkan, bukan hanya membina napi terorisme di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas), tapi juga membina dan mengarahkan mereka agar tidak kembali menjadi teroris.
Artinya, ujar Suhardi, ketika mereka keluar siapa yang bertanggung jawab, bagaimana terus menyentuhnya, juga bagaimana mereka bisa diterima lagi di masyarakat.
"Kalau mereka dimarjinalkan, otomatis akan tersambung dengan kelompok mereka sebelumnya sehingga program deradikalisasi itu akan mubazir. Jadi, penanganan mereka setelah keluar lapas juga tidak bisa diabaikan, dan itu butuh sinergi dengan berbagai pihak," kata dia.
BNPT juga sedang menyelesaikan pembangunan pusat deradikalisasi berstandar internasional dari segi sistem keamanan dan program deradikalisasinya yang diharapkan sudah beroperasi bulan Januari 2017.
"Dalam program itu nanti ada psikolog dan ulama yang datang untuk memberikan panduan sebelum napi terorisme kembali ke masyarakat. Artinya, sebelum mereka keluar, kita harus bisa mereduksi tingkat radikalisasinya sehingga saat keluar mereka benar-benar telah 'sembuh'," kata Suhardi.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016