Kalau kita membicarakan aset diplomasi maka kontribusi kita di dalam misi perdamaian dunia ini menjadi salah satu aset yang sangat kuat
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengatakan kontribusi Indonesia dalam misi perdamaian menjadi salah satu aset diplomasi yang mendukung pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) 2019-2020.
"Kalau kita membicarakan aset diplomasi maka kontribusi kita di dalam misi perdamaian dunia ini menjadi salah satu aset yang sangat kuat. Tentunya komitmen seperti ini akan kami kapitalisasi dan dapat menjadi aset yang mendukung Indonesia di dalam pencalonan Indonesia di dalam Dewan Keamanan PBB tahun 2019-2020," kata Retno usai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Senin.
Indonesia menjadi kontributor terbesar ke-10 Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB dari 124 negara penyumbang pasukan.
Retno mengatakan Indonesia konsisten menempatkan personel di Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB dan ikut serta dalam misi-misi perdamaian.
Pada 23 September 2016 di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Retno LP Marsudi resmi meluncurkan kampanye pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Hasan Kleib menyampaikan bahwa pemerintah masih terus menggalang dukungan untuk pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB 2019-2020.
"Untuk proses pencalonan Indonesia menjadi anggota tidak tetap DK PBB, selama ini kita terus melakukan penggalangan dukungan," kata Hasan Kleib 24 Oktober silam.
Sedangkan Wakil Tetap Indonesia Untuk PBB di New York, Dian Triansyah Djani, mengatakan Indonesia sangat berpeluang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020.
"Kita mempunyai berbagai kelebihan. Indonesia adalah negara yang toleran dan memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Kita juga memiliki banyak pengalaman dalam berbagai misi PBB, seperti misi perdamaian sejak 1950-an," kata Dian.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016