Selain memiliki kandungan protein yang tinggi harga ikan juga relatif lebih murah dibanding daging."

Bogor (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyalurkan bantuan tiga ton cumi beku (frozen squid) untuk 36 pondok pesantren di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/12).

Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP, Rina, mengatakan bahwa bantuan cumi beku untuk pondok pesantren itu diberikan dalam rangka Hari Ikan Nasional (HIN) ketiga dan mendukung peningkatan konsumsi ikan.

"Konsumsi ikan setiap orang di Kota Bogor masih rendah, baru 26 kilogram per tahun. Ini perlu ditingkatkan, dan dengan bantuan ini diharapkan dapat meningkat konsumsi ikan," katanya.

Ia menjelaskan, cumi merupakan produk perikanan yang memiliki sumber protein baik bagi manusia dan harganya terjangkau dibanding sumber protein lainnya, seperti daging.

"Ikan menjadi sumber protein alternatif yang sangat mudah diperoleh di Indonesia," katanya.

Upaya mendorong konsumsi ikan terus dilakukan, dan ia mengemukakan bahwa sebelumnya bantuan cumi beku juga diserahkan kepada masyarakat Sukabumi, Depok dan Pandenglang.

"Cumi beku yang diberikan terjamin mutunya. Sudah bersih, tinggal digoreng saja," katanya.

Penyerahan cumi beku kepada 35 pondok pesantren disaksikan langsung Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto yang mendukung upaya peningkatan konsumsi ikan.

"Selain memiliki kandungan protein yang tinggi harga ikan juga relatif lebih murah dibanding daging," kata Bima.

Ia menyebutkan, masyarakat tidak harus pusing dengan kenaikan harga daging ketika bulan puasa, khususnya menjelang Idul Fitri.

"Tinggal bagaimana kemudian kebiasaan makan ikan terus dikampanyekan," katanya.

Menurut dia, kegiatan mengkampanyekan makan ikan sering dilakukan. Kota Bogor telah mendirikan forum makan ikan atau Forikan, yang terus mengkampanyekan gemar makan ikan.

"Bantuan tiga ton cumi beku ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh pondok pesantren, jangan sampai mubazir," katanya menambahkan.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016