Kami sedang siapkan bersama pemerintah, ada aerospace park dan pendidikan vokasi bidang penerbangan."

Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan industri penerbangan Indonesia saat ini menjadi nomor dua dunia setelah China, demikian disampaikan Ketua Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto.

"China memang paling cepat, kedua Indonesia dan ketiga India," kata Richard usai bertemu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat.

Menurut Richard, pertumbuhan tersebut diukur dari pemesanan pesawat ketiga negara itu setiap tahun dan peningkatan nilai bisnis penerbangannya.

Dari sisi nilai bisnis, lanjut Richard, industri perawatan pesawat di Indonesia saat ini mencapai 1 miliar dollar AS dan akan tumbuh sekitar 10 persen dalam lima tahun kedepan.

Sementara itu, China diprediksi akan tumbuh 11 persen dan India juga akan tumbuh diangka sekitar 10 persen.

"Kalau yang lainnya itu di bawah 5 sampai 6 persen. Kalau di ASEAN, kita lah paling tinggi," ujar Richard.

Ia menambahkan, selain itu, terdapat beberapa hal yang mendukung industri penerbangan di Indonesia tumbuh pesat, yakni pertambahan jumlah penumpang, pertumbuhan ekonomi, populasi dan letak geografisnya.

Jika dilihat dari populasi, Indonesia memiliki penduduk hampir 200 juta jiwa, sehingga pasar untuk industri ini sangat besar.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga termasuk yang tinggi jika dibandingkan dengan negara lain di dunia.

"Kalau dari sisi geografisnya, Indonesia tentu sangat membutuhkan air transportation. Inilah hal-hal yang berpotensi mendorong pertumbuhan industri penerbangan kita," ujar Richard.

Untuk itu, lanjutnya, IAMSA bersama pemerintah tengah mempersiapkan berbagai hal untum dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas industri perawatan pesawat, untuk mendukung industri penerbangan itu sendiri.

"Kami sedang siapkan bersama pemerintah, ada aerospace park dan pendidikan vokasi bidang penerbangan," pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016