... atau bahkan lebih...
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, memerkirakan neraca pembayaran Indonesia sepanjang 2016 mencetak surplus di kisaran 10 miliar dolar Amerika Serikat, atau berbalik setelah pada 2015 ambruk dengan defisit 1,1 miliar dolar Amerika Serikat.
"Dengan repatriasi dan capital inflow, tahun ini surplus secara keseluruhan bisa 10 miliar dolar AS atau bahkan lebih," kata Adityaswara, dalam seminar "Arah Kebijakan Bank Indonesia 2017", di Jakarta, Kamis.
Sepanjang 2016, neraca pembayaran Indonesia mencatatkan tren positif dengan keberlanjutan surplus di pertengahan tahun setelah defisit akibat "pukulan ekonomi eksternal" pada 2015.
Hanya pada kuartal I 2016, neraca pembayaran defisit sebesar 300 juta dolar Amerika Serikat. Kesenjangan itu karena masih lemahnya kinerja neraca perdagangan dan belum membaiknya arus modal asing.
Pada kuartal II-2016, neraca pembayaran telah surplus sebesar 2,2 miliar dolar Amerika Serikat, dan selanjutnya pada kuartal III-2016, neraca pembayaran berlebih 5,5 miliar dolar Amerika Serikat.
Dia yakin dana repatriasi dari pengampunan pajak akan semakin menggeliat hingga akhir tahun. Di akhir 2016, diperkirakan komitmen repatriasi sebesar Rp140 triliun di periode I amnesti pajak (Juli-September 2016) bisa terealisasi.
Selain itu, Adityaswara juga melihat tren surplus neraca perdagangan hingga November 2016 akan memperkecil defisit transaksi berjalan.
Pada kuartal III-2016, defisit transaksi berjalan mengecil menjadi 1,8 persen terhadap PDB atau sebesar 4,5 miliar dolar AS.
Dia yakin defisit transaksi berjalan sepanjang 2016 akan berada di 2-2,5 persen dari PDB.
Neraca pembayaran merupakan indikator kegiatan transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan penduduk mancanegara. Transaksi NPI mencakup transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial.
Pewarta: Indra Pribadi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016