Washington (ANTARA News) - Mereka semua hitam dan berbulu dan mereka semua mungkin makan dan bertingkah sangat mirip, tapi simpanse dari berbagai belahan Afrika secara genetika lebih beragam dibandingkan dengan semua gen manusia. Para ahli telah mempertanyakan gagasan lama bahwa ras tak tercermin dalam DNA manusia. Keragaman genetika lebih terlihat di dalam kelompok masyarakat dibandingkan di antara mereka. Tak banyak beragam perbedaan gen terlihat pada mata, kulit dan warga rambut di seluruh manusia. Oleh karena itu, hewan dengan warna dan ukuran yang kurang-lebih sama dan memperlihatkan sedikit perbedaan prilaku sedikit-banyak seharusnya secara genetika serupa. Benar? "Salah!" kata Molly Przeworski, asisten profesor mengenai genetika manusia di University of Chicago. Timnya mengkaji DNA dari tiga populasi simpanse di Afrika --populasi di bagian timur, barat, dan tengah yang dikategorikan oleh sebagian peneliti sebagai sub-spesies simpanse. Mereka mendapati bahwa simpanse dari bagian barat memiliki lebih banyak perbedaan, secara genetika, dari simpanse di bagian timur dibandingkan dengan DNA seorang manusia dibandingkan dengan manusia lain. "Ini adalah konfirmasi genetika pertama bahwa mereka adalah populasi yang berbeda," kata Przeworski dalam suatu wawancara telefon. "Saya tak melibatkan kata `sub-spesies`." Studi itu, yang dilakukan bersama ahli di Broad Institute di Massachusetts Institute of Technology dan di Arizona State University, menarik tapi juga memberi sinar mengenai asal manusia, kata Przeworski. "Ini memberi kita contoh kerja mengenai bagaimana evolusi manusia mungkin telah berlangsung," katanya. Petunjuk Jutaan tahun lalu di Afrika, kerangka kuno menunjukkan bahwa beberapa spesies pra-manusia muncul dan hidup, mungkin, berdampingan. Simpanse, yang secara genetika paling dekat dengan manusia, mungkin melewati perubahan serupa dengan yang perubahan yang mengarah kepada evolusi manusia. Tim Przeworski juga mempalajari bonobo, spesies terpisah simpanse. Genom simpanse berbeda dari genom bonobo sekitar 0,3 persen, yaitu seperempat jarak antara manusia dan simpanse, kata mereka. Namun bonobo sangat berbeda dari simpanse pada umumnya. Tubuh mereka lebih kecil, jauh lebih lembut dan dikenal karena seringnya mereka berhubungan seks. Perbedaan di kalangan ketiga spesies simpanse pada umumnya lebih kecil tapi tetap penting. Dan semuanya mencerminkan rintangan geografis, kata Celine Becquet, mahasiswa tingkat akhir yang melakukan analisis tersebut untuk Przeworski. "Kami menduga kebanyakan pemisahan ini murni, konsekuensi jangka panjang keterpisahan geografis," kata Becquet. Satu perintang utama di antara populasi itu ialah Sungai Kongo. "Simpanse tak bisa berenang," kata Becquet. "Bagi mereka, air memberi perbatasan yang sangat efektif." Para peneliti tersebut, yang menulis di jurnal Public Library of Sciences, PLos Genetics, mengatakan mereka menduga bonobo --yang hidup di sebelah selatan Sungai Kongo-- terpisah dari nenek-moyang simpanse modern sekitar 800.000 tahun lalu. Simpanse di bagian barat tampaknya telah terpisah dari simpanse di bagian tengah dan timur sekitar 500.000 tahun lalu, dan simpanse di bagian tengah dan timur mungkin telah terpisah satu sama lain sekitar 250.000 tahun lalu. Yang menarik lebih dari sekedar kegiatan akademis, kata Przeworski. Ia menyatakan bahwa semua simpanse adalah spesies terancam. "Itu berarti kita harus melindungi tiga habitat terpisah, semuanya terancam, dan bukan hanya satu," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007