Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut), Kim Young II, pekan depan melakukan lawatan ke Indonesia, kata Juru bicara Departemen Luar Negeri RI, Kristiarto Legowo, di Jakarta. Menurut dia, wakil menteri luar negeri Korea Utara itu akan melakukan pembicaraan dwipihak dengan pemerintah Indonesia, yang diwakili Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda pada Selasa, 24 April. Kristiarto tidak merinci isi pembicaraan itu, termasuk apakah kedatangan Kim Young II terkait dengan penerapan kesepakatan Beijing mengenai penghentian program nuklir Korea Utara, yang tidak maksimal. Juru bicara itu mengatakan pemerintah Indonesia berharap terdapat kemajuan berarti dari kesepakatan enam negara Febuari lalu di Beijing mengenai penghentian program nuklir Korea Utara. "Intinya, kita mendukung upaya dialog. Kita mendukung upaya menempuh jalan damai, yang sudah dilakukan dalam forum `six party talk`. Oleh karena itu, kita menyambut upaya jalan damai, yang udah dicapai pada febuari lalu," katanya. Menurut dia, Indonesia melihat berbagai permasalahan teknis dalam pelaksanaan kesepakatan tersebut dan Indonesia mengikuti masalah tersebut dari dekat. "Harapan kita ialah masalah itu bisa diselesaikan, sehingga dapat dicapai kemajuan berarti dari penerapan apa pun yang terjadi pada Febuari lalu," katanya. Menurut kantor berita resmi Korut, perutusan Korea Utara pimpinan Kim Yong-Il memulai perjalanan ke sejumlah negara Asia, namun tidak disebutkan secara khusus, negara yang akan dikunjungi atau tujuannya. Walaupun begitu, rombongan tersebut diantar utusan dari Indonesia, India, Pakistan dan Iran di bandar udara. Korut dan Iran dalam sengketa dengan Barat mengenai kegiatan nuklir mereka. Kedua negara itu bekerja secara rapat pada masa lalu dalam mengembangkan peluru kendali balistik, kata pejabat Amerika Serikat sebagaimana dikutip AFP. Perjanjian pelucutan senjata multinasional dengan Korea Utara terlantar akibat perselisihan mengenai dana 25 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 225 miliar rupiah), yang dibekukan di bank di Macau. Menurut tahap pertama, Korea Utara pada Sabtu lalu diduga menutup dan menyegel reaktornya di Yongbyon, yang membuat bahan mentah untuk plutonium guna membuat bom. Negara itu tidak memenuhi tenggat tersebut, karena penangguhan dalam pembebasan rekening, yang dibekukan atas anjuran Amerika Serikat sejak 2005. Negara adidaya itu mengatakan uang tersebut telah tersedia pekan lalu. Namun, belum ada berita mengenai kapan pengiriman uang akan dilakukan atau pemberitahuan mengenai kapan Korea Utara mulai menutup reaktor itu. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007