"Kita memberikan pemahaman mengenai masalah kebangsaan kepada ormas Islam. Kita juga memberikan arahan kepada Kanwil I Pemuda Muhammadiyah, kita berikan pemahaman kepada mereka bahwa banyak masalah kebangsaan yang menjadi urusan kita semua dan mudah-mudahan kita bisa mempertahankan NKRI dengan baik," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius kepada wartawan disela "Seminar dan Sosialisasi Rekomendasi Kebijakan dan Mempromosikan Kerukunan Sosial-Keagamaan" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin.
BNPT, kata dia, telah menurunkan petugas serta terus berkoordinasi dengan Polri untuk menjaga agar situasi tetap kondusif, karena indikasi untuk menyebarkan paham radikalisme sudah terlihat.
"Ya kalau lihat seperti itu memang potensi ada saja. Kelompok-kelompok yang keras itu semoga tidak mengambil momentum. Itu yang kita takutkan. Sekarang hasil dari Densus 88 memang mereka ikut seperti itu. Meskipun tidak bersenjata, mereka berencana melakukan langkah-langkah yang negatif seperti mendekati petugas," jelas Suhardi.
Suhardi mengatakan sejak aksi 4 November lalu BNPT telah mengambil langkah cepat dengan menurunkan petugas ke lapangan, mendata sejumlah daerah potensial terindikasi sebagai kawasan penyerbaran paham radikal, serta memantau pergerakan eks pengikut gerakan ekstremis.
"Kita ikuti gerakannya supaya tidak mengambil momentum ini. Ini sama seperti yang dilaksanakan oleh Mabes Polri juga. Kita sama-sama bekerja sama dan itu ternyata setelah didapatkan itu ada memang ada langkah-langkah mereka, walaupun sifatnya konsolidasi setelah kejadian," jelasnya.
Ia pun mengimbau masyarakat tetap tenang dan silakan menggunakan hak konstitusi, namun jangan sampai melakukan hal yang negatif.
Mantan Kabareskrim Polri ini mengimbau masyarakat yang ikut pada aksi 2 Desember nanti tak mudah diprovokasi.
"Tetap tentang gunakan hak, silakan. Tapi jangan membuat hal-hal negatif, ini kita bangsa-bangsa yang besar jangan terganggu. Ini kan kerukunan umat beragama. Kalau kita ingat sejarahlah jangan memaksakan kehendak," Suhardi
Aksi yang akan digelar oleh GNPF MUI itu, kata Suhardi, rawan ditunggangi berbagai kepentingan, termasuk kelompok radikal atau teror.
"Potensi selalu ada. Tapi ingat, di tempat momentum-momentum seperti ini, cukup banyak potensi muncul. Karena kita lihat terorisme, kemudian radikal itu muncul pada negara gagal dan daerah-daerah konflik utamanya. Kita akan pantau terus," kata Suhardi.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016