Bengkulu (ANTARA News) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) wilayah kerja Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung dan Sumatera Selatan, melakukan pengawetan atau konservasi puluhan kostum pemain sandiwara tonil besutan Bung Karno saat menjalani pengasingan di Bengkulu antara tahun 1938-1942.
Ketua Tim Konservasi Koleksi Baju dari BPCB, Rhis Ekawibawa di Rumah Bung Karno di Bengkulu, Minggu mengatakan kegiatan pengawetan mulai dari pemberian obat pembunuh serangga dengan cara fumigasi, penambalan dan penggantian kancing serta penghilangan noda yang disebut restorasi.
"Konservasi ini untuk memperpanjang usia benda cagar budaya dan menghilangkan faktor-faktor penyebab pelapukan," ucap Rhis.
Ada 19 baju yang difumigasi dan tiga baju yang direstorasi. Selain memberikan perlakuan terhadap baju-baju tersebut, pihaknya juga memasang perangkap serangga sederhana dalam lemari penyimpanan baju.
Ia mengatakan konservasi baju dilakukan setelah studi dan penelitian yang dilakukan BPCB pada 2015.
Juru pelihara rumah Bung Karno, Sugrahanudin mengatakan ada 50 helai kostum pemain sandiwara tonil "Monte Carlo" yang menjadi koleksi di rumah pengasingan Bung Karno di Kelurahan Anggut Atas, Kota Bengkulu.
Selain kostum pemain sandiwara, masih ada lima spanduk yang terbuat dari kain yang juga tersimpan di rumah bersejarah itu.
"Bahannya sebagian besar katun kasar dengan bermacam warna yang digunakan pemain sandiwara tonil saat itu," katanya.
Semasa menjalani pengasingan di Bengkulu pada 1938 hingga 1942, Bung Karno menjadi penulis naskah, sutradara, manajer, dan sekaligus produser kelompok sandiwara atau tonil bernama Monte Carlo.
Sejumlah naskah yang ditulis dan dipentaskan Bung Karno bersama Monte Carlo selama menjalani "interniran" atau masa pengasingan di Bengkulu antara lain berjudul "Dr Sjaitan", "Chungking Djakarta", "Koetkoetbi", dan "Rainbow (Poeteri Kentjana Boelan)".
Satu lemari kayu dilapis kaca pada bagian depan untuk menyimpan puluhan kostum dan spanduk asli yang pernah digunakan pemain sandiwara Monte Carlo dapat dilihat di rumah itu.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016