Jakarta (ANTARA News) - Buku "Presiden Flamboyan, SBY Yang Saya Kenal" diluncurkan di Jakarta, Jumat sore, oleh penulis buku itu Yahya Ombara yang juga mantan pengurus tim kampanye nasional (Kampnas) SBY-JK pada pemilihan presiden (pilpres) 2004. Peluncuran itu ditandai penyerahan buku oleh penulis kepada Tatto Pradjamanggala (mantan Wakil Ketua Tim Kampnas SBY-JK) dan pengacara Eggy Sudjana. Buku yang diterbitkan Eswi Foundation itu berisi 13 bab, mulai prolog, 11 episode dan diakhiri epilog itu menceritakan biografi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjadi Danrem Yogyakarta 1995 hingga terpilih menjadi Presiden RI (2004-2009). Menurut Yahya Ombara, buku setebal 510 halaman yang ditulisnya selama dua tahun itu dimaksudkan untuk mengapresiasikan dan mengkritisi kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, serta memberikan jalan keluar agar program dan kebijakan SBY mencapai sasaran. Namun, pengurus Kadinda dan HIPMI DIY itu mengingatkan dalam bukunya "SBY hanya akan berkomitmen pada segala kepentingannya di masa kini demi kejayaannya di masa datang, bagi cita-cita mulia semua orang. Segala anasir dan prasyarat untuk itu akan dia lakukan sekalipun harus mengubah malam jadi siang dan siang menjadi malam". Sementara itu, Presidium Barisan Nasional, Roch Basuki Mangoenpurujo dalam komentarnya buku itu mengatakan, membaca buku itu berarti belajar tanpa guru serta belajar dari drama kegiatan dan kejadian untuk satu tujuan politik, "menjadi Presiden RI, dan keanehan setelah mencapai tujuan. Aktivis buruh dan mantan dosen MIPA-UI, Dr Hadidjojo Nitimihardjo, MSc berpendapat, membaca buku tersebut, membawa pembaca ke roman-roman politik dan sejarah yang penuh heroisme. Sedangkan, mantan Tim Kampnas SBY-JK Dr John Pieris, SH mengatakan, Yahya Ombara dinilai sebagai sosok yang berani menulis sesuatu yang penting tentang SBY serta bangsa dan negara Indonesia. Mantan Tim Kampnas SBY-JK yang lain Dr HM Hatta, SH menilai bahwa kendati Yahya Ombara banyak berjasa dalam menggalang dukungan kepada SBY-JK lalu "terpinggirkan", toh dia tetap kukuh membela SBY, sebuah cermin sikap seorang ksatria. Ketika ditanya tentang rencana perombakan kabinet SBY, Yahya menyatakan pesimistis memperbaiki kinerja, jika pemerintahan SBY-JK belum mampu menyelesaikan korban bencana alam serta penyatuan gerak dan langkah di internal kabinet SBY-JK untuk mewujudkan program dan kebijakannya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007