Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia berharap terdapat kemajuan yang berarti dari kesepakatan enam negara Febuari lalu di Beijing mengenai penghentian program nuklir Korea Utara. Pernyataan itu dikemukakan oleh Jurubicara Departemen Luar Negeri RI Kristiarto Legowo di Gedung Palapa Deplu RI Jakarta, Jumat, mengenai tersiarnya kabar bahwa delegasi Korea Utara akan berkunjung ke Indonesia pekan depan. "Intinya kita mendukung upaya dialog, kita mendukung upaya menempuh jalan damai yang sudah dilakukan dalam forum `six party talk` oleh karena itu kita menyambut upaya jalan damai yang udah dicapai pada febuari lalu," katanya. Menurut dia, Indonesia melihat ada berbagai permasalahan teknis kemudian dalam pelaksanaan kesepakatan tersebut dan Indonesia mengikuti masalah tersebut dari dekat. "Harapan kita masalah itu bisa diselesaikan sehingga dapat dicapai kemajuan yang berarti dari penerapan apa pun yang terjadi pada Febuari lalu," ujarnya. Menurut Kantor Berita Resmi Korea Utara, delegasi Korea Utara yang dipimpin oleh Wakil Menlu Kim Yong-Il memulai perjalanan ke sejumlah negara Asia, namun tidak disebutkan secara khusus negara yang delegasi itu akan kunjungi atau apa tujuannya. Walaupun begitu, tim tersebut diantar oleh utusan dari Indonesia, India, Pakistan dan Iran di bandara. Kabarnya, delegasi Korea Utara akan mengunjungi Indonesia pada 24 April 2007. Saat ditanya mengenai agenda pertemuan antara delegasi RI-Korea Utara, Jubir Deplu RI mengatakan belum ada konfirmasi lebih lanjut mengenai hal itu. Korea Utara dan Iran sedang dalam konflik dengan Barat mengenai ambisi nuklir mereka. Kedua negara itu telah bekerja secara rapat pada masa lalu dalam mengembangkan rudal balistik, kata pejabat AS sebagaimana dikutip AFP. Satu perjanjian pelucutan senjata multinasional dengan Korea Utara terlantar karena perselisihan mengenai 25 juta dolar dananya yang dibekukan di sebuah bank di Macau. Menurut tahap pertama Korea Utara diduga Sabtu lalu akan menutup dan menyegel reaktornya di Yongbyon, yang memproduksi material mentah untuk plutonium guna membuat bom. Negara itu tidak memenuhi tenggat waktu tersebut karena penangguhan dalam pembebasan rekening yang dibekukan atas anjuran AS sejak 2005. AS mengatakan uang itu telah tersedia pekan lalu. Namun belum ada berita mengenai kapan pengiriman uang akan dilakukan atau pemberitahuan mengenai kapan Korea Utara akan mulai menutup reaktor itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007