Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia yakin jika kepercayaan masyarakat pada maskapai penerbangan Indonesia masih cukup tinggi sekalipun ada imbauan dari pemerintah AS agar warganya tidak menggunakan maskapai penerbangan Indonesia. Pernyataan itu dikemukakan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI Kristiarto Legowo di Gedung Palapa Deplu RI Jakarta, Jumat, mengenai imbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah AS kepada warga negaranya itu. "Kita yakin bahwa kepercayaan masyarakat kepada Garuda masih cukup tinggi saat ini, bahkan saya bisa ambil contoh ketika PM Norwegia berkunjung ke sini, dia menggunakan Garuda dalam perjalanan domestik. Saya kira itu salah satu bentuk kepercayaan, di luar musibah yang dialami pesawat garuda beberapa lampau yang lalu," ujarnya. Sementara itu Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, Rabu (18/4), mengatakan imbauan pemerintah AS tidak terlalu berpengaruh besar bagi industri penerbangan nasional. Sebelumnya, Kedubes AS di Indonesia setelah bertemu dengan The United States Federation Aviation Assosiation, mengeluarkan "travel warning" yang menganjurkan warganya tidak menggunakan maskapai penerbangan Indonesia. Menurut Menhub hal itu bukan hanya sekali ini saja, karena dulu juga pernah terjadi ketika Garuda Indonesia mau membuka jalur kembali ke Amerika Serikat. Sebelumnya Komisi Nasional Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) menyampaikan tingkat keamanan (level of safety) penerbangan Indonesia, dan diikuti dengan pengumuman hasil rating atau pengkategorian perusahaan penerbangan nasional. Hatta menjelaskan, kategori II yang dikenakan kepada sejumlah penerbangan dalam negeri bukan berarti tidak memenuhi keselamatan, tetapi tidak perfect, sehingga perlu peningkatan-peningkatan. "Mereka (USFAA dan Kedubes AS--red) datang ke tempat kita menawarkan kerjasama di bidang udara. Tetapi saat ini kita sedang mengadakan kerjasama dengan Australia," ujarnya. Jadi, lanjut Hatta, tidak berpengaruh apa-apa, "Toh ICAO (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) juga tidak memberikan peringatan apa-apa terhadap kita".(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007