Bandung (ANTARA News) - Sedikitnya enam dosen senior di lingkungan IPDN Jatinangor Sumedang, Jabar, diperiksa secara intensif oleh Satgas III penanganan kasus kekerasan yang terjadi sebelum peristiwa tewasnya Praja IPDN Wahyu Hidayat (2003) dan Praja Cliff Muntu (2007).Keenam dosen itu diperika secara terpisah dalam satu ruangan di Unit IV Satops I Ditreskrim Polda Jabar di Bandung, Jumat pagi sejak pukul 10.00 WIB hingga sore, dengan beberapa pertanyaan seputar sejumlah peristiwa yang terjadi di IPDN pada kurun waktu sejak 1993 hingga tahun 2003.Dalam kurun waktu itu, menurut saksi Inu Kencana telah terjadi 34 praja meninggal dunia, sebanyak 17 diantaranya diduga meninggal akibat tindak kekerasan yang tidak dilaporkan kepada pihak lembaga.Menurut salah seorang dosen senior, Alfia, dirinya diperiksa sebagai saksi bersama lima dosen lainnya, pemeriksaan berkisar peristiwa yang terjadi sebelum kejadian tewasnya Wahyu Hidayat dan Cliff Muntu.Belum ada keterangan resmi dari tim penyidik Satgas III yang dipimpin oleh Kompol Roy Hardi Siahaan, hingga Jumat sore pukul 16.30 WIB pemeriksaan keenam dosen senior masih berlangsung. Terkait dengan pengungkapan kasus kekerasan sebelum peristiwa kematian Wahyu Hidayat dan cliff Muntu, Polda Jabar juga membuka Posko Pelayanan dan Pengaduan Masyarakat kasus IPDN/STPDN dengan Nomor telepon 022-7800173 dan 022-7800020. Pada hari yang sama, penyidik Polda jabar selain memeriksa keenam dosen senior sebagai saksi tersebut, juga Satgas II meminta keterangan Kepala Bidang Pengasuhan dan Keprajaan IPDN, Ilhami Bisri, terkait dengan proses pengurusan jenazah Cliff Muntu. Sebelum istirahat Shalat Jumat masuk, Ilhami Bisri kepada wartawan mengatakan, dirinya saat mengurusi jenazah Cliff Muntu mendapat tugas langsung dari atasannya di IPDN. Mengenai pertanyaan yang dajukan penyidik, menurutnya, hanya seputar kronologis kematian Cliff Muntu. "Dari mulai waktu kematian Cliff, jenazahnya ditangani siapa, dikirim atas perintah siapa, dan diurus di RS Al Islam oleh siapa," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007