Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah cq Departemen Perdagangan (Deperdag) mempertimbangkan kemungkinan melakukan operasi pasar (OP) minyak goreng menyusul naiknya harga komoditas tersebut hingga mencapai Rp8.000 per liter. "Kalau harganya (minyak goreng) tidak turun, atau naik lagi, dan tidak turun lagi, baru kita akan evaluasi, kita perlu OP atau tidak," kata Mendag Mari E Pangestu usai rapat mengenai pengaturan pasar modern di Deperin, Jumat. Ia mengatakan, kenaikan harga minyak goreng saat ini terjadi akibat naiknya harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional dari 400-500 dolar AS per metrik ton menjadi 600-700 per metrik ton. Kenaikan harga CPO dunia itu, lanjut dia, dipicu oleh peningkatan permintaan CPO dunia akibat pengembangan biodiesel dan kekhawatiran adanya El Nino akan mengurangi stok minyak goreng. Menurut Mari, akibat El Nino tahun lalu yang menyebabkan kemarau berkepanjangan menyebabkan produksi CPO Indonesia menurun pada Pebruari-Maret 2007 dan baru Mei 2007 diperkirakan normal kembali produksinya. Oleh karena itu, ia memperkirakan kenaikan harga minyak goreng yang diakibatkan meningkatnya harga CPO dunia, hanya bersifat sementara. "Kami sudah melakukan koordinasi dengan produsen dan pedagang (CPO dan minyak goreng), meminta mereka untuk menjamin pasokan di dalam negeri cukup dan harga (minyak goreng) bisa distabilkan," kata Mari. Pemerintah, lanjut dia, terus memantau fluktuasi harga CPO dan minyak goreng internasional maupun pasokannya di dalam negeri, untuk dilakukan evaluasi perlu tidaknya OP minyak goreng.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007