Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat sudah terlalu lelah menanggapi dan mencermati manuver politisi dalam berbagai hal secara terus-menerus, termasuk isu perombakan kabinet (reshuffle) yang terus bergulir sejak kabinet ini dilantik. "Persoalan reshuffle kabinet seolah menjadi perdebatan sejak ada pelantikan kabinet, 2,5 tahun lalu. Di era parlementer dulu pun tidak seperti ini," kata pengamat politik dari Fisip UI Maswadi Rauf dalam Dialektika Demkrasi di Press Room DPR/MPR Jakarta, Jumat. Dia mempertayakan mengapa isu perombakan kabinet didengungkan secara terus-menerus sejak dilakukan pelantkan menteri. "Ada apa sebenarnya. Memang kinerja menterinya yang buruk, adanya kepentingan parpol atau kepentingan pers," katanya. Munculnya wacana perombakan kabinet sejak 2,5 tahun lalu, menurut Maswadi, akibat ketidakpuasan sebagian publik terhadap komposisi kabinet. Bergulirnya wacana perombakan kabinet itu, kata Maswadi, disebabkan banyaknya pihak yang berkepentingan etrhadap perombakan kabinet. Salah satunya adalah partai politik yang menginginkan kadernya masuk kabinet. Untuk menghentikan isu itu terus bergulir, Presiden diharapkan tampil secara langsung di hadapan publik menjawab apakah akan ada perombakan kabinet atau tidak. Hal itu penting untuk menghentikan spekulasi dan ketidakpastian. Spekulasi dan ketidakpastian akan mengakibatkan para menteri tidak tenang menjalankan tugasnya. Akibatnya, kinerjanya pun tidak membaik. Terkait pernyataan Presiden yang akan mengumumkan komposisi kabinet yang baru, Maswadi mengemukakan, terlalu lama kalau masi harus menunggu hingga awal Mei. Semestinya, perombakan itu dilakukan sejak lama. Pergantian perlu dilakukan terhadap menteri yang sakit-sakitan, menteri yang kinerjanya buruk dan menetri yang menjadi sorotan publik (bermasalah) terkait persoalan hukum.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007