"Umat Islam sebagai mayoritas harus terus memperkokoh persatuannya dan bisa bersikap toleran dengan kelompok lainnya. Demikian juga kelompok lain wajib berusaha menyatukan dan berusaha bisa toleran terhadap kelompok Islam," kata Ahmad Satori di Jakarta, Rabu.
Apalagi, kata dia, Bangsa Indonesia kini tengah diuji dengan berbagai gejolak sosial masyarakat yang dipicu kasus dugaan penistaan agama dalam Pilkada DKI Jakarta yang mengarah pada perpecahan nasional.
Ia mengungkapkan bahwa kebhinekaan dan perbedaan itu adalah satu hal yang alami di Indonesia. Bahkan dalam satu keluarga saja bisa berbeda, apalagi melebar ke satu suku bangsa, itu pasti ada perbedaan.
Yang penting, lanjut guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini, dalam perbedaan itu masyarakat bisa saling menghormati dan menghargai, serta memperkokoh persatuan.
"Jangan sampai perbedaan itu dipertajam dengan berusaha untuk melemparkan kebencian atau melakukan tindakan teror atau hal-hal yang menyakiti orang lain. Itu jelas tidak bisa dibenarkan dan harus dilawan dan dihilangkan," katanya.
Terkait dengan kasus dugaan penistaan agama, Ahmad Satori mengatakan sebaiknya diserahkan saja kepada pemerintah untuk melakukan yang terbaik.
"Umat Islam yang agamanya dinista tentunya harus berpikir rasional dan bersikap sesuai dengan koridor hukum. Jangan sampai terpancing kemudian melakukan hal-hal yang tidak baik," katanya.
Mengenai aksi massa sebagaimana dilakukan 4 November, menurut dia aksi-aksi seperti itu sangat rentan ditunggangi kelompok radikal yang ingin merusak Indonesia.
Ia mengajak para dai untuk berperan aktif membantu pemerintah menyebarkan kedamaian demi persatuan NKRI. Salah satunya dengan membanjiri sosial media dengan tulisan kedamaian, ayat, dan hadits yang benar dan sesuai dengan Islam yang rahmatan lil alamin.
"Semakin banyak menulis hal yang baik dalam menjaga NKRI akan sangat baik. Para ulama sendiri sudah bertekad bahwa NKRI final," katanya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016