Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 26 poin menjadi Rp13.466, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.440 per dolar AS.
"Rupiah masih tertekan, ketidakpastian masih tinggi. Fokus pelaku pasar domestik masih tertuju pada stabilitas politik dalam negeri," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa pelemahan rupiah juga sejalan dengan penguatan dolar AS di kawasan Asia. Akan tetapi, sudah mulai terasa stabilitas yang lebih baik di pasar keuangan global dapat mengurangi "shock" negatif dalam beberapa hari ke depannya.
Ia juga mengatakan fokus pelaku pasar uang juga tertuju pada notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan dirilis pada pekan ini. Ketua The Fed Janet Yellen tetap percaya diri dengan kenaikan suku bunganya dalam waktu dekat.
"Pelaku pasar juga menanti sinyal rencana The Fed pada 2017 mendatang," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa data penjualan rumah kedua di Amerika Serikat pada bulan Oktober yang meningkat mendorong dolar AS kembali terapresiasi, data itu menjadi indikasi tingginya permintaan di pasar perumahan.
Di sisi lain, lanjut dia, kebijakan Donald Trump yang akan menarik keterlibatan Amerika Serikat dari kerjasama Trans-Pasifik di hari pertamanya sebagai presiden AS nanti menambah potensi untuk memicu pergerakan dolar AS terapresiasi kedepannya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016