Deputi Bidang Usaha Agro dan Industri Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro di Surabaya, Selasa mengatakan pengembangan itu juga sebagai bagian dari program BUMN Untuk Negeri, serta tanggungjawab sosial kepada lingkungan setempat.
"Kami harapkan dengan adanya SMK yang fokus pada beberapa bidang produksi BUMN, santri yang tercetak tidak hanya ahli dalam agama namun bisa masuk ke dalam dunia usaha atau profesional setelah lulus nanti," kata Wahyu.
Wahyu yang ditemui usai penandatanganan kerja sama dengan Ponpes Slafiyah Syafiiyah Sukorejo di Kantor PTPN XI Surabaya mengatakan, awal keinginan Kementerian BUMN mengembangkan SMK program studi khusus ini datang dari Menteri BUMN Rini Soemarno saat kali pertama berkunjung ke pondok tersebut.
"Ini merupakan inisiasi Bu Menteri saat melihat begitu banyaknya santri di pondok tersebut sekitar 15 ribu, yakni bagaimana nasib santri ke depannya, sehingga perlu dikembangkan dan dicetak untuk menjadi SDM yang mampu di bidang profesional," katanya.
Wahyu menjelaskan, konsep SMK Gula sebelumnya telah berjalan dua tahun yakni untuk kelas 1 dan 2, namun saat ini dikembangkan untuk kelas 3, kemudian ditambah untuk bidang studi kehutanan dan perkebunan yang baru akan dimulai.
"Nantinya pengajar yang ada dalam SMK tersebut juga akan melibatkan beberapa bidang usaha yang ada pada Kementerian BUMN, seperti PTPN dan Perhutani dengan kurikulum ada pada kementerian pendidikan dengan mengacu pada SMK Kehutanan yang ada," katanya.
Sementara itu, Direktur SDM dan Umum PTPN XI M Cholidi mengatakan pabrik gula PTPN XI dan XII serta Perhutani pasti butuh tenaga kerja baru yang handal dibidangnya setiap tahun, sebab di perusahaan tersebut selalu terjadi masa pensiun.
"Apabila ada SMK gula, dan lokasinya dekat dengan pabrik gula, pertama kami bisa menyerap masyarakat sekitar pabrik untuk jadi karyawan. Namun walau tidak semua masyarakat bisa tertampung jadi karyawan, setidaknya mereka bisa menjadi petani yang berpengetahuan tinggi dalam menanam tebu untuk menghasilkan gula berkualitas," katanya.
Menanggapi rencana pengembangan itu, Ketua Yayasan Ponpes Salafiyah Safi'iyah Sukorejo H A Mudzakkir A Fattah mengaku sangat mengapresiasi, sebab setiap tahun ponpes tersebut menerima rata-rata 3.000 santri, sehingga total santri yang belajar di ponpes tersebut sudah mencapai 15.000 orang.
"Tidak semua santri setelah selesai sekolah akan menjadi kyai, dan mereka pun butuh skill saat mereka lulus untuk bisa bekerja dan mengenal dunia usaha. Sehingga kami sepakat dengan adanya program studi kehutanan karena beberapa santri berasal dari pedesaan yang terletak tidak jauh dari wilayah pegunungan atau hutan," katanya.
Ia mengaku, banyak santri yang ketika lulus dan bekerja di hutan namun tidak memahami dan memiliki pengetahuan tentang hutan, sehingga dengan adanya SMK ini diharapkan bisa menjadi bekal bekerja dan menjadi profesional.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016