Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.422, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.420 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Senin mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi terhadap dolar AS, sentimen mengenai kebijakan The Fed terhadap potensi kenaikan suku bunga pada Desember nanti membuat investor mengambil posisi menunggu.
"Pelaku pasar cenderung wait and see terhadap keputusan The Fed seraya melepas sebagian aset rupiahnya," katanya.
Ia menambahkan menjelang akhir tahun, biasanya permintaan dolar AS juga meningkat sehingga pelemahan mata uang domestik relatif wajar. Sebagian investor asing diperkirakan mulai merealisasikan keuntungannya di produk investasi berdenominasi dolar AS secara bertahap.
Kendati demikian, menurut dia, fluktuasi mata uang domestik relatif stabil mengingat ekonomi domestik yang masih terjaga serta intervensi Bank Indonesia di pasar valas dan surat utang.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa prediksi investor mengenai kebijakan pemerintahan Donald Trump ke depan yang akan memulai kebijakan fiskal ekspansif dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya turut menjadi sentimen positif bagi dolar AS.
"Pasar cenderung mengakumulasi dolar AS, tampaknya kecenderungan itu dapat terus berlangsung sampai rincian kebijakan Trump ke depannya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.438 dibandingkan Jumat (18/11) Rp13.408.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016