"Kita semua sangat prihatin dengan konflik tersebut. Semoga jumlah korban tidak terus bertambah. Mari mendoakan mereka dengan doa qunut nazilah dan shalat ghaib bagi korban meninggal," kata Lukman dalam keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan dua amalan tersebut merupakan ajaran para ulama sebagai tindakan spiritual dengan mendahulukan kedamaian.
Qunut nazilah merupakan doa yang dibaca setelah itidal rakaat terakhir shalat. Amalan tersebut disunnahkan ketika umat Islam mengalami ancaman.
Sedangkan shalat ghaib adalah shalat mendoakan jenazah sesama Muslim sebagai bentuk solidaritas.
Lukman mengatakan pihaknya siap memfasilitasi tokoh agama Islam maupun Buddha serta akademi sosial dari perguruan tinggi keagamaan negeri untuk membantu penyelesaian masalah Muslim Rohingya.
Terdapat sejumlah tokoh dan akademisi yang berpengalaman dalam resolusi konflik.
"Kami masih terus memantau perkembangan situasi Rakhine dari dekat. Jika diperlukan, kami siap membantu. Saya terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri yang jadi garda terdepan dalam penyelesaian masalah ini," kata dia.
Menag mengatakan pemerintah Indonesia tidak tinggal diam terhadap nasib umat Islam di Myanmar.
Selama ini pemerintah telah melakukan serangkaian upaya untuk membantu kelompok minoritas Muslim di Myanmar sebagai wujud penegakkan kemanusiaan dan mewujudkan perdamaian.
Upaya itu, kata dia, dilakukan di lingkungan dalam negeri Myanmar dan forum-forum internasional. Upaya itu juga meliputi berbagai aspek seperti membantu fasilitas pendidikan dan kesehatan.
"Banyak program yang telah dan terus dilaksanakan Indonesia terkait nasib minoritas Muslim di Myanmar. Mari bantu kerja konkret tersebut dengan sikap spiritual yang tepat. Kita semua saling dukung untuk bertindak secara strategis," kata Menag.
Konflik sosial di Rakhine kembali memanas dalam beberapa hari terakhir. Rumah suku Rohingya hancur dan terbakar, sejumlah korban jiwa juga berjatuhan.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016