Roma (ANTARA News) - Para arkeolog yang menggali sebuah biara di kota kecil Lucca, Tuscany, Italia, menemukan gigi palsu unik berusia 400 tahun yang tampaknya merupakan pendahulu jembatan gigi modern.
Perkakas yang terdiri atas lima gigi, tiga gigi seri sentral dan dua gigi taring lateral dalam urutan yang secara anatomi salah. Gigi-gigi yang dikaitkan bersama dengan pengikat emas tersebut milik individu yang berbeda.
Untuk membuat gigi palsu tersebut, ujung akar masing-masing gigi dihilangkan dan bagian akarnya dipotong memanjang.
"Gigi-gigi itu lalu diluruskan dan lapisan emas tipis dimasukkan ke celahnya," kata Simona Minozzi dan Valentina Giuffra dari divisi paleopatologi Pisa University dalam jurnal Clinical Implant Dentistry and Related Research.
"Pemindaian Micro-CT menunjukkan adanya dua pin emas kecil yang dimasukkan ke tiap gigi menyilang akar, dan memasang gigi ke pengait emas internal," kata para peneliti.
Menggunakan bantuan mikroskop elektron, para peneliti menemukan lapisan emas tersebut terbuat dari emas 73 persen, perak 15,6 persen dan tembaga 11,4 persen.
Alat untuk menahan gigi di satu tempat pernah digambarkan ahli bedah Prancis Ambroise Pare (1510-1590) yang menjadi dokter bedah untuk sejumlah raja Prancis dan juga Pierre Fauchard (1678-1761) yang disebut bapak kedokteran gigi modern.
Tetapi, hingga saat ini belum ada bukti langsung yang ditemukan mengenai awal pembuatannya.
"Gigi palsu emas ini jauh lebih rumit karena ada lapisan emas di dalam akar gigi dan gigi diblok dengan pin emas," kata Minozzi.
Gigi palsu yang ditemukan di biara S. Francesco di Lucca selama penggalian dua makam batu besar berisi jasad keluarga Guinigi, keluarga berkuasa yang memerintah kota dari 1392 sampai 1429.
Selama bertahun-tahun, jasad penerus generasi dimakamkan di tempat itu sehingga sulit menentukan tahun akurat asal alat tersebut.
Gigi palsu itu ditemukan di antara sisa jasad 100 individu dan peneliti tidak dapat menemukan rahangnya, jadi tidak tahu milik siapa perkakas itu menurut Minozzi.
Minozzi dan koleganya berspekulasi orang tersebut mungkin kehilangan gigi karena pembusukan, infeksi gusi atau penuaan.
Hasil penelitian pada 100 kerangka di dalam makam itu mengungkapkan bahwa separuh dari mereka berusia 40 tahun lebih saat meninggal dan mungkin banyak yang sakit gigi.
"Di antara aristokrat Guinigi, keberadaan lubang gigi, periodontitis dan gigi yang hilang lebih dari dua kali lipat dibandungkan di antara penduduk Tuscan," kata Minozzi.
Meski tidak mengetahui siapa yang mengenakannya, para peneliti yakin gigi palsu itu sepenuhnya fungsional.
"Hitungan deposit yang melimpah pada gigi dan logamnya menunjukkan itu dipakai dalam waktu lama," kata Minozzi sebagaimana dikutip laman LiveaScience.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016