Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan monorel untuk jalur warna hijau (green line) akan dibangun dengan pembiayaan perbankan dalam negeri, karena proses pencairan dana dari konsorsium Dubai Islamic Bank terganjal permasalahan belum adanya undang-undang perbankan syariah di Indonesia, kata Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Di Balaikota Jakarta, Kamis, ia mengemukakan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama untuk memproses pencairan tersebut sementara tenggat waktu pembangunan salah satu moda transportasi massal di Jakarta itu sudah semakin dekat. "Kita akan mencoba alternatif lain dengan sindikasi perbankan nasional. Terlebih, mereka pernah menyatakan komitmennya tentang hal itu," katanya usai bertemu dengan Direktur Operasional PT Jakarta Monorel, Sukmawati Sjukur. Untuk memastikan hal tersebut, Sutiyoso menyatakan, akan bertemu dengan sejumlah perwakilan perbankan dalam negeri pada pekan depan dan membicarakan hal tersebut. "Kita akan memprioritaskan pembangunan green line terlebih dahulu dengan `equity` yang dimiliki PT JM sebesar 70 juta dolar AS. Perbankan swasta itu antara lain BRI, BNI, Bank Mandiri dan beberapa bank swasta lainnya termasuk Bank DKI," tuturnya. Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta itu menolak adanya sinyalemen bahwa pinjaman dari Dubai batal, karena permasalahan yang timbul dan mengakibatkan terlambatnya pencairan dana pinjaman itu berkaitan dengan peraturan tentang perbankan syariah di Indonesia belum ada, sehingga prosesnya menjadi lebih panjang. Sementara itu, Sukmawaty Sjukur mengatakan dengan rencana tersebut maka rencana pembiayaan monorel bisa terdiri atas skema syariah maupun perbankan nasional. "Semula nilai proyek sebesar 650 juta dolar AS itu sepenuhnya menggunakan obligasi syariah, namun karena skema berubah tentunya tidak ada lagi jaminan obligasi dan lainnya maka nilai proyek bisa kita pangkas hingga 480 juta dolar AS," kata Sukmawaty. Dari 480 juta dolar AS, biaya pembangunan jalur warna hijau mencapai 250 juta dolar Amerika Serikat (AS), sementara itu pembangunan jalur warna biru mencapai 230 juta AS. "Untuk pembangunan 'green line', kita sudah memiliki 'equity' 70 juta dolar AS, tinggal sisanya kita mencari pinjaman dari perbankan dalam negeri," ujarnya. Ia menjanjikan penyelesaian jalur warna hijau monorel tetap sesuai dengan rencana, yaitu akhir 2008. Ditambahkan Sukmawaty, untuk pendanaan jalur warna biru selain menunggu proses pencairan pinjaman dari konsorsium DIB, juga tidak menutup kemungkinan bila ada perbankan dalam negeri yang tertarik. Pihak PT Jakarta Monorel awalnya mengemukakan, setelah pemerintah mengeluarkan jaminan risiko proses pencairan pinjaman dari DIB dilakukan. DIB menyetujui pemberian pinjaman yang berkisar antara 480 juta dolar AS hingga 500 juta dolar AS. Proyek monorel terdiri atas dua jalur yang disebut jalur warna biru (blue line) dari Kampung Melayu, Jakarta Timur, sampai Roxy, Jakarta Barat, sepanjang 13,5 kilo meter dengan 11 stasiun pemberhentian, sedangkan jalur warna hijau (green line) yang melingkar dari Jalan Rasuna Said-Gatot Subroto-Sudirman Central Business District-Senayan-Pejompongan, dan kembali ke Rasuna Said (14,3 km) dengan 14 stasiun. Pada awalnya, PT JM mengklaim bahwa monorel bisa diuji pada November 2006, sedangkan "green line" selesai akhir 2007 dan "blue line" pertengahan tahun 2008, kemudian diundur untuk "green line" menjadi akhir 2008 dan "blue line" menjadi 2009. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007