Medan (ANTARA News) - Meski akan memasuki usia 66 tahun pada November 2007, namun belum terniat di hati H. Syamsul Hilal untuk mencukur rambut putihnya nan gondrong.
"Rambut gondrong ini akan tetap saya pertahankan. Mungkin saya akan tetap berambut gondrong ketika saya meninggal nanti," katanya pria kelahiran Meulaboh, Nangroe Aceh Darussalam, 29 November 1941 itu kepada ANTARA News di Medan, Kamis.
Anggota Komisi A Bidang Pemerintahan DPRD Sumatera Utara itu menuturkan bahwa dirinya mulai memelihara rambut panjang sejak 1970-an. Rambut panjang dipeliharanya sebagai sebentuk sikap protes terhadap Pemerintahan Orde Baru.
"Saya melihat di mana-mana tidak ada keadilan. Karena pada waktu itu saya tidak bisa berbuat apa-apa, maka saya hanya bisa mengekspresikannya dengan menggondrongkan rambut saya. Ini sebentuk protes tanpa kekerasan," katanya.
Anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DPRD Sumatera Utara itu bahkan mengakui, rambutnya pernah gondrong hingga jauh melewati bahu, yang kemudian dipotongnya hingga sebatas bahu dan cukup untuk menutupi telinganya sejak Indonesia memasuki era reformasi.
Ayah delapan anak hasil buah cintanya dengan Hj. Sujiyah itu memiliki rambut ikal nan lebat terawat. Meski usianya sudah kepala enam, namun sama sekali belum terlihat rambut yang sudah memutih itu mengalami kerontokan.
Syamsul Hilal sendiri mengaku tidak pernah merawat rambutnya secara khusus. "Tidak ada perawatan khusus, cukup di-shampo saja kalau mandi, dan itu pun tidak harus setiap hari," ujar politisi yang terkenal sangat vokal di lingkungan DPRD Sumatera Utara itu.
Ketika ditanyakan kenapa rambut gonrongnya masih tetap saja dipelihara mengingat Pemerintahan Orde Baru sudah lama berakhir, Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kader DPD PDIP Sumatera Utara itu hanya mengatakan bahwa perjuangan untuk menegakkan keadilan itu tidak akan pernah berakhir. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007