Jakarta (ANTARA News) - Meskipun duduk di posisi Kepala Bidang Telekomunikasi di Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI membuatnya terlalu sibuk mengurusi sejumlah riset tentang radio telepon hingga radar, DR Ir Mashury Wahab M.Eng masih sempat mempromosikan antena televisi (TV) UHF buatan LIPI. "Antena TV LIPI ini sudah kami bandingkan dengan antena Mandra hingga antena buatan Jepang segala, hasilnya lebih bagus, bisa digunakan 'outdoor' maupun 'indoor'," kata Doktor dari Curtin University of Technology, Perth, Australia, itu sambil membagikan antena-antena tersebut kepada wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu. Namun, dia mengeluhkan bentuk antena buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu perlu diperbaiki, agar tampil lebih menarik.Hanya saja, ia menjelaskan, lempeng-lempeng logam yang berjajar empat dan juga lempengan logam lainnya yang membentuk angka delapan itu menjadi kunci penting yang membuat antena TV LIPI tersebut lebih baik dalam menangkap sinyal. Mashury, yang mendapat gelar Master dari University of South Australia, juga berharap bahwa antena TV LIPI yang berasal dari bahan-bahan sederhana itu bisa dibuat sendiri oleh kalangan usaha kecil-menengah, kemudian dijual sesuai harga pasar. Ketika pergi ke Perth untuk menyabet gelar doktor, Mashury telah bertekad lebih mendalami proses sinyal pada peralatan komunikasi tanpa kabel hingga berhasil lulus pada 2006 setelah memiliki keahlian dalam peralatan komunikasi bergerak (mobile). Kini Mashury sedang sibuk mengurusi pembuatan prototipe radar (radio detecting and ranging) pengawas pantai, dan berharap Indonesia bisa secara mandiri mengembangkan dan memproduksi radar.Apalagi, menurut dia, hal itu bisa menghemat devisa, karena biaya pembuatannya hanya memakan sepersepuluh biaya radar pengawas pantai yang diimpor. "Sebagai negeri dengan lebih dari 17.000 pulau, dengan luas perairan 8,5 juta km2 dan panjang pantai 5.556 km, maka Indonesia membutuhkan banyak sekali radar maritim. Kalau harganya ratusan ribu dolar AS, uang kita terlalu minim," katanya. Keahlian alumnus jurusan elektronika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1992 pada persoalan telekomunikasi mobile itu selain bisa tergambar dari risetnya bertopik "Signal Processing for Wireless Communications" yang dikerjakannya sejak 2001 hingga 2005, juga bisa dilihat dari berbagai publikasi lainnya. Sejumlah publikasinya itu, antara lain berjudul "Blind Adaptive Multiuser Detection for MC-CDMA Based on NOOja Algorithm," yang dipresentasikannya di Canberra, atau "A Guard Interval Based Frequency Offset Compensation Scheme for MC-CDMA Uplink," yang dipresentasikan di Jerman, atau publikasi dalam jurnal dengan judul "Subspace-based Blind Channel Estimation for Zero-padded MC-CDMA in the Presence of Channel Zeros." (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007