Jakarta (ANTARA News) - Kalangan analis pasar modal menilai bahwa fenomena "window dressing" menjelang akhir tahun 2016 ini berpotensi kembali muncul dimana laju indeks harga saham gabungan (IHSG) akan cenderung terapresiasi.

"Sentimen domestik yang masih cukup positif akan mendukung munculnya fenomena window dressing," ujar Analis Danareksa Lucky Bayu Purnomo di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2016 ini yang masih berada di atas level 5 persen cukup memadai bagi investor yang bersap menyambut fenomena di pasar modal itu.

Ia menambahkan bahwa fenomena "window dressing" menjelang akhir tahun ini juga akan membuka peluang indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ke level 5.300 poin. Hal itu dikarenakan menjelang akhir tahun investor akan cenderung melakukan aksi beli.

Dari eksternal, lanjut Lucky Bayu Purnomo, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat sebenarnya cukup mempengaruhi minat investasi. Masih adanya harapan positif dari pelaku pasar terhadap kebijakan Donald Trump dalam mendorong perekonomian AS, tentu akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.

"Akhirnya, kondisi itu tentu akan diapresiasi oleh pelaku pasar yang akhirnya mendorong IHSG," katanya.

Sebelum fenomena "window dressing" muncul, menurut dia, biasanya akan didahului oleh fenomena "Santa claus rally", dimana investor saham juga cenderung melakukan aksi beli. Investor diharapkan dapat lebih cermat mengenai kondisi itu.

Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan menambahkan bahwa di tengah situasi itu, investor akan mengincar saham-saham yang nilai valuasinya dianggap masih rendah.

"Kira-kira 10 tahun ke belakang, fenomena itu selalu muncul jelang akhir tahun yang mendorong IHSG meningkat, fenomena itu memberi kontribusi rata-rata pertumbuhan indeks BEI sekitar 2-3 persen. Namun, kondisi itu juga tentunya didukung stabilitas ekonomi yang baik," katanya.

Ia mengemukakan bahwa "window dressing" merupakan strategi yang dilakukan oleh investor institusi seperti Manajer Investasi (MI) menjelang akhir tahun dengan tujuan mengangkat harga saham sehingga kinerja portofolio yang dimilikinya tampak baik.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016