London (ANTARA News) - Inggris meratifikasi Kesepakatan Paris mengenai perubahan iklim pada Kamis (17/11), bergabung dengan lebih dari 100 negara lain dalam langkah yang diharapkan para aktivis bisa memancing presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump menghormati perjanjian itu.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson menandatangani Kesepakatan Paris saat perwakilan negara-negara di dunia bertemu di Maroko dalam babak terbaru perundingan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang fokus pada implementasi perjanjian akhir tahun ini.
"Kesepakatan Paris telah menyelesaikan periode 21 hari sidang di parlemen dan Instrumen Ratifikasi sudah ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri," kata Kementerian Luar Negeri dalam pernyataan yang dikutip kantor berita AFP.
Perjanjian tersebut berisi komitmen negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu global "di bawah" dua derajat Celsius dari level masa pra-industri dan mengupayakan kenaikannya hanya 1,5 derajat Celsius.
Langkah pemerintah Inggris itu mendapat pujian dari para aktivis lingkungan.
"Tidak ada yang lebih penting bagi dunia selain berdiri bersama dalam perubahan iklim dan bergabungnya Inggris dengan Kesepakatan Paris adalah sinyal yang disambut baik," kata Stephen Cornelius, kepala penasihat tentang iklim di WWF-UK.
ClientEarth menyatakan: "Ratifikasi Kesepakatan Paris oleh Inggris adalah pertanda bahwa dunia terus maju dengan aksi iklim."
"Presiden terpilih Trump harus menjadikan ratifikasi ini, serta komentar China, Prancis dan yang lainnya belakangan ini sebagai peringatan bahwa pengingkaran terhadap kesepakatan akan menjadikan Amerika Serikat sebagai pariah lingkungan global," kata kelompok itu dalam satu pernyataan.
Kemenangan Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat bulan ini mengejutkan para diplomat PBB dan menaruh tanda tanya mengenai nasib kesepakatan iklim Paris.
Saat berbicara dalam konferensi iklim PBB di Marrakesh, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menggarisbawahi bahaya yang menanti dunia jika para pemimpin menyeret langkah mereka dalam upaya memangkas emisi gas rumah kaca yang menghangatkan planet.
"Pada satu titik bahkan skeptis terkuat harus memahami bahwa sesuatu yang mengganggu sedang terjadi," kata Kerry kepada para delegasi pada Rabu.
Sebelum pemilihannya, Trump menyebut perubahan iklim sebagai "lelucon" bikinan China dan berikrar "membatalkan" Kesepakatan Paris yang disetujui tahun lalu untuk menekan bahaya pemanasan global.
China dan Amerika Serikat, dua pembuang gas terbesar, menjadi pendorong terbesar kesepakatan itu ketika mereka menandatanganinya dalam satu pertemuan tingkat tinggi pada September antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Barack Obama.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016