Manila (ANTARA News) - Sekitar 42 ribu orang terlantar akibat konflik berdarah antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Muslim di pulau Jolo, Filipina selatan, kata Badan Pangan Dunia PBB (WFP), Kamis. WFP mengatakan, pihaknya merencanakan akan membagikan 85 ribu ton beras di wilayah yang terkena dampak konflik di Jolo, di mana faksi Fron Pembebasan Nasional Moro (MNLF) telah terlibat dalam perlawanan sengit dengan marinir sejak pekan silam. Bakutembak mulai terjadi Jumat lalu ketika pasukan MLNF melakukan serangan granat di pangkalan militer, yang memicu tindakan balasan hebat dari pihak tentara. Sedikitnya 12 orang terbunuh dari kedua pihak, sementara 8.500 kepala keluarga (KK) atau lebih dari 42.000 orang telah terlantar, kata para pejabat WFP. "Kami berharap dukungan bagi para keluarga lapar ini akan membantu memulihkan situasi," kata Valerie Guarnieri dari WFP dalam sebuah pernyataan. Guarnieri mengatakan, lebih banyak bahan pangan harus disediakan bila jumlah orang-orang terlantar itu semakin bertambah. Para pejabat Jolo memohon bantuan berupa obat-obatan, selimut, tenda dan vitamin untuk orang-orang terlantar yang kini dikumpulkan di sekolah-sekolah yang dirubah menjadi kamp pengungsi. MNLF merupakan kelompok separatis terbesar di negara itu hingga penandatanganan perjanjian damai dengan Manila pada 1996 dan diberikan otonomi terbatas. Pemimpin MNLF, Nur Misuari, kemudian menjadi gubernur di sebuah wilayah otonomi Muslim. Ia kehilangan dukungan pemerintah pada 2001 di tengah tuduhan korupsi, dan pasukannya melakukan serangan dengan sasaran pulau Jolo. Pasukan pemerintah mengatakan, serangan pekan lalu, yang dipimpin Hanier Malik, pembantu utama Misuari, bertujuan untuk menekan pemerintah guna membebaskan Misuari, menjelang pertemuan puncak 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada Juli mendatang. OKI mengakui MNLF sebagai satu-satunya perwakilan minoritas Muslim di negara yang mayoritas berpenduduk Katolik di Asia Tenggara itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007