Tren “melek data” di Indonesia terus bergaung di berbagai sektor, baik startup, perusahaan yang sudah maju, maupun pemerintahan. Mereka yang memiliki data tertentu dianggap mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan pihak lain atau kompetitornya.

Namun, tidak sedikit pemanfaatan data justru membawa perusahaan ke arah kegagalan. Menurut lembaga riset Gartner, lebih dari 50% dari total analisis data di Amerika tidak berhasil memenuhi target yang diharapkan. Kegagalan analisis data ini tentu berpotensi pada kesalahan pengambilan keputusan suatu perusahaan pula.

Founder JuloFinance, Adrianus Hitijahubessy mengatakan, tahap mendefinisikan masalah dan tujuan sangat penting dalam membuat analytics project.

“Untuk mengelola suatu data, perlu menerapkan pendekatan data science yang tepat. Pertama-tama, harus tahu terlebih dahulu problem statement-nya. Setelah itu, kita tentukan data apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan problem tersebut dan pendekatan seperti apa yang tepat agar data dapat menghasilkan insight dan hasil yang sesuai dengan ekspektasi kita.” Hal tersebut ia sampaikan dalam diskusi “The Gap Between Research and Decision” pada hari Sabtu (12/11) lalu.

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian roadshow Data Science Weekend 2016 yang puncaknya akan diselenggarakan pada tanggal 3 - 5 Desember yang akan datang.

Kemampuan mengenali data dengan cermat menjadi faktor yang sangat krusial karena hal ini berpengaruh terhadap pendekatan data science yang akan diambil. Kofera Technology, startup yang bergerak di bidang digital advertising analytics, mendapati bahwa data audience yang mereka telaah memiliki perilaku yang unik.

Sehingga startup ini memanfaatkan machine learning dan mengembangkan algoritma-nya untuk membantu para advertiser menyusun strategi terhadap target audience-nya. Hal yang sama juga diterapkan oleh KMK Lab, yang mampu memilah, mana data yang tergolong “comment spam detection” dan “video spam detection”.

Lebih lanjut Adrianus mengatakan, dalam menjembatani kekayaan data menuju insight atau action, sebuah perusahaan perlu memiliki analis yang terus mengasah skill data science mereka, dan yang tidak kalah penting, mereka perlu mengembangkan insting yang tumbuh melalui pengalaman demi pengalaman menganalisis data. Siapapun dapat memulai dari nol, seperti belajar secara online di Coursera, Udacity, EDX, ataupun online course lainnya yang menawarkan paket data science.

Seorang data scientist juga harus terus meng-upgrade dirinya melalui jurnal, sesi seminar, exhibition maupun konferensi yang kerap membawa informasi terhangat di dunia bisnis, analytics dan teknologi. Data Science Weekend 2016 akan menyuguhkan tiga hari yang sangat berharga, yang tidak dapat dilewatkan oleh para scientist.

Peserta bukan hanya dapat belajar dalam kelas intensif dengan trainer berlatar belakang praktisi dan senior data scientists. Kehadiran pakar-pakar dari perusahaan raksasa seperti Google dan Cloudera dalam konferensi akan menginspirasi peserta untuk beranjak ke level yang lebih tinggi dalam karir dan karyanya. Tentu dilengkapi dengan serangkaian exhibition yang dapat memperluas jaringan bisnis peserta. Informasi selengkapnya dapat mengakses datascienceweekend.id.

Data Science Weekend 2016 diselenggarakan oleh Data Science Indonesia dan Universitas Islam Indonesia, dan didukung oleh beberapa sponsor, seperti Google, Cybertrend, dan Acer.


ADVERTORIAL

Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2016