Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 20 tim robot dari lima universitas di Surabaya lolos ke putaran final Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) 2007 di Surabaya yang digelar 9-10 Juni mendatang.
"Dari 20 tim itu, 11 tim robot diantaranya dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya," ujar Ketua Tim Juri KRI-KRCI, Dr Ir Endra Pitowarno M.Eng, di Surabaya, Kamis.
Dosen ITS Surabaya yang kebagian melakukan visitasi tim robot di Bandung itu menjelaskan ke-11 robot ITS adalah lima robot maju untuk KRI dan enam robot lainnya untuk KRCI.
Lima robot ITS ke KRI adalah F4LCON dan Tim Idjo Atl (ITS), G-Rush dan Q-Numb-On (PENS ITS), serta Boxer (PPNS ITS), sedang enam robot ITS ke KRCI adalah Erioll-V dan IT-4U (ITS), AL Fath, Fatihah-e, Dzi-Gear, dan Mech Robo (PENS ITS).
"Jadi, enam dari 11 tim robot ITS yang lolos maju ke putaran final itu berasal dari PENS ITS yang telah menjuarai KRI selama delapan kali berturut-turut," tegasnya.
Sementara itu, sembilan tim robot Surabaya non-ITS adalah Velocity_TEUS, Q-lan_TEUS, Saxori_TEUS untuk kategori KRCI (Fakultas Teknik Universitas Surabaya atau Ubaya).
Selain itu, Telo BOT, Cerberus, Go KONG untuk kategori KRCI (Fakultas Teknik Universitas Widya Mandala atau UWM Surabaya), L46E untuk kategori KRI (Universitas Bhayangkara atau Ubhara), M-Bots untuk KRCI (Ubhara), dan Rolens untuk KRI (Universitas Negeri Surabaya/Unesa).
Menurut Endra Pitowarno yang sempat mengajar di Malaysia itu, putaran final tahun ini tampaknya jauh lebih berat dibanding KRI-KRCI tahun sebelumnya.
"Indikasinya, dari 40 tim yang lolos pada KRI lebih dari separoh adalah tim yang memang benar-benar siap untuk maju, karena itu siapa yang akan keluar sebagai juara nanti sangat ditentukan dari kemampuan tim dalam melakukan berbagai simulasi hingga final digelar," ucapnya.
Ia mengungkapkan ada banyak pendatang di KRI dan KRCI yang kualitasnya hampir menyamai tim-tim yang pernah juara atau tim yang selama ini diunggulkan.
"Saya sendiri menilai positif, karena persaingan yang ketat itu justru akan melahirkan juara yang kaya strategi ketika mewakili Indonesia di Vietnam," katanya.
Oleh karena itu, katanya, panitia telah membuat berbagai aturan yang sengaja memisahkan tim-tim unggulan agar tidak dalam satu grup, termasuk dua atau lebih tim dari satu perguruan tinggi yang sama.
"Hal itu penting agar pelaksanaan kontes tetap menarik hingga akhir acara. Saya pikir sistem seperti itu wajar dilakukan dalam kompetisi apa pun, karena itu ke-40 tim dalam pelaksanaannya akan dibagi dua grup yang mempunyai persaingan relatif setara," kilahnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007