"Fluktuasi mata uang rupiah bergerak dalam kisaran sempit seiring dengan aksi wait and see pelaku pasar uang terhadap sejumlah kebijakan, baik dari dalam negeri maupun eksternal terutama dari Amerika Serikat," ujar Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, Reny Eka Putri.
Menurut dia, salah satu sentimen yang ditunggu pelaku pasar uang di dalam negeri yakni hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang sedianya dlaksanakan pada 16-17 November ini, mengenai tingkat suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate).
Dari eksternal, lanjut dia, pelaku pasar juga masih menanti arah kebijakan presiden baru Amerika Serikat, Donald Trump mengenai belanja fiskal. Kebijakan itu diproyeksikan dapat mendorong inflasi dan pertumbuhan ekonomi sehingga membuka peluang kenaikan suku bunga AS.
Pada akhir pekan ini, lanjut dia, juga akan dirilis angka pengangguran Amerika Serikat, jika angka pengangguran Amerika Serikat menurun maka potensi dolar AS melanjutkan penguatan cukup terbuka karena membuka peluang The Fed menaikan suku bunga.
"Data pekerja AS merupakan salah satu indikator bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan suku bunganya," katanya.
Di tengah aksi "wait and see" itu, Reny Eka Putri memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah pada pekan ini akan bergerak terbatas di kisaran 13.290-13.380 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa Bank Indonesia juga masih aktif di pasar valas dan surat utang negara (SUN) dalam rangka menstabilkan harga di tengah aliran keluar dana asing dalam beberapa hari terakhir ini.
"Rupiah stabil di kisaran 13.300 per dolar AS walaupun secara umum tekanan eksternal masih membayangi," katanya.
Sementara itu, menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), hari ini rupiah bergerak melemah menjadi 13.347 dibandingkan Selasa (15/11) 13.338.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016