"Tidak hanya BRI, semua juga mengalami penurunan, berikut juga di pasar saham negara-negara lain," kata Asmawi di Jakarta, Selasa.
Asmawi enggan mengungkapkan perkiraannya mengenai tekanan di pasar saham akibat sentimen dari kemenangan Trump. Ke depannya, kata dia, reaksi pasar akan sangat bergantung dengan langkah dan kebijakan Trump yang akan diumumkan. Sejalan dengan itu pula, kata dia, harga saham di pasar akan menemukan titik equilibrium baru atau titik keseimbangan baru.
"Akan terjadi lagi bahwa kita mendengar banyak informasi dari pemilihan Presiden ini, rencana-rencana ini ada, tapi kan belum direalisasikan. Kita akan menunggu misalnya pemilihan kabinet AS," kata dia.
Pada Senin (14/11), Asmawi merupakan salah satu pihak perbankan yang dipanggil Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyusul gejolak di pasar saham. Pada penutupan perdagangan saham, Senin, harga saham BRI (BBRI) tercatat turun paling rendah yakni 7,1 persen. Saham perbankan lainnya yang mengalami penurunan, di antaranya, adalah Bank Mandiri (BMRI) turun 4,8 persen, BCA (BBCA) turun 2, persen, dan BTN (BBTN) turun 5,68 persen.
Asmawi mengatakan, pelaku pasar juga tidak hanya akan terpengaruh dari sentimen global, namun juga kekokohan fundamental ekonomi domestik. Maka dari itu, dia meyakini keluarnya dana di pasar saham tidak akan berkepanjangan.
"Kondisi ekonomi kita setelah amnesti pajak tahap pertama bagus sekali. Senin lalu saya ketemu investor di London ada 18 investor yang menyatakan sangat positif melihat fundamental ekonomi Indonesia," kata dia.
Pada Selasa pagi, terjadi penguatan di pasar saham, meskipun tidak signifikan. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, dibuka menguat tipis sebesar 5,12 poin setelah mengalami tekanan cukup dalam pada beberapa hari terakhir ini. IHSG BEI dibuka menguat 5,12 poin atau 0,11 persen menjadi 5.121,47.
"Koreksi yang cukup dalam selama dua hari terakhir ini, telah membuka peluang bagi IHSG bergerak positif," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016