Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa penerapan mata uang tunggal (single curencies) di Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) belum dapat dilaksanakan dalam waktu dekat, apalagi rencana ini masih dipelajari. "Rencana ini masih dalam studi, karena perlu persyaratan yang ketat. Di Eropa saja butuh 50 tahun," kata Direktur Hubungan Internasional BI, Syamsul Arifin, di Jakarta, Kamis. Namun, kata Syamsul, niat untuk menuju ke arah sana sudah ada. Tujuan dari pembentukkan "single curencies", katanya, untuk menjaga stabilitas mata uang regional dalam pelaksanaan pasar tunggal di ASEAN yang dimulai pada 2015. Menurut dia, belum dapat dilaksanakannya sistem alat tukar tunggal ini karena masih jauhya perbedaan kondisi moneter, politik dan sosial di antara negara anggota. "Ini sangat cukup sulit kebijakan yang diambil bank sentral ASEAN. Contohnya, salah satu negara dalam keadaan `overheating` harus diselesaikan dengan cara menaikkan suku bunga, namun anggota lainnya dalam keadaan resesi dengan kebijakan menurunkan suku bunga," katanya mengungkapkan. Dengan kondisi ini, menurut dia, maka mata uang tunggal itu belum dapat dilaksanakan dalam waktu dekat atau bersamaan dengan pelaksanaan pasar bebas ASEAN 2015. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007