Jakarta (ANTARA News) - Forum Rotan Internasional diharapkan mampu mengangkat citra produk rotan Indonesia sebagai produk ramah lingkungan yang memiliki nilai-nilai ekonomi, ekologi dan kultural.
Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan pada Forum Rotan Internasional yang digelar di Gedung Kemenperin, Jakarta.
"Forum ini akan mensinergikan kegiatan pengembangan usaha rotan yang dilakukan oleh berbagai stakeholder guna mendorong kembali perkembangan industri rotan baik di hulu maupun hilir," ujar Airlangga di Jakarta, Selasa.
Menurut data Kemenperin, sekitar 85 persen bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sementara 15 persen lainnya dihasilkan oleh negara lain seperti Filipina, Vietnam dan negara Asia lainnya.
Adapun daerah penghasil rotan di Indonesia berada di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua.
Sementara sentra industri hilir rotan di Indonesia yang berada di Jawa Barat (Cirebon), Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo, Gresik), Jawa Tengah (Jepara, Kudus, Semarang, Sukoharjo), dan Yogyakarta.
Airlangga menyampaikan, potensi rotan Indonesia saat ini mencapai sekitar 622.000 ton per tahun, di mana terdapat 350 spesies rotan yang terdapat di Indonesia.
"Pemerintah mendorong peningkatan daya saing industri melalui beberapa program hilirisasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan PP No.41 Tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri," papar Airlangga.
Pada pasal 28 PP No.41 Tahun 2015 disebutkan bahwa dalam rangka peningkatan nilai tambah industri guna pendalaman dan penguatan struktur industri dalam negeri, pemerintah dapat melarang atau membatasi ekspor sumber daya alam.
Pelarangan ekspor bahan baku rotan diatur dalam Permendag No. 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan, hal ini untuk mengubah persepsi dunia selama ini bahwa komoditi dan produk rotan adalah merupakan milik Tiongkok, tetapi sebenarnya rotan mayoritas berasal dari Indonesia.
Untuk pengawasannya telah dikeluarkan Permendag No. 27 Tahun 2016 tentang Perdagangan Rotan Antar pulau.
Nilai ekspor produk rotan (furnitur dan anyaman) pada tahun 2013 mencapai 200 juta dollar AS, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 190 juta dollar AS.
Menurt Airlangga, akibat krisis ekonomi global, pada tahun 2014 dan 2015 mengalami penurunan ekspor yaitu masing-masing sebesar 173 juta dollar AS dan 159 juta dollar ASUntuk itu, Forum Rotan Internasional diharapkan dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan konstruktif guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh industri rotan nasional.
"Diperlukan harmonisasi antara pelaku industri di hulu dengan pelaku industri di hilir dalam konteks penciptaan nilai tambah produk yang tinggi," ujar Airlangga.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016