Mesuji, Lampung (ANTARA News) - Para pengemudi angkutan umum dan truk barang yang melewati Kecamatan Simpang Pematang dan Way Serdang Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, mengeluhkan maraknya pungutan liar oleh oknum preman bersenjata api.
Menurut sejumlah pengemudi itu, di Mesuji, Selasa, pungli dilakukan terhadap berbagai mobil truk maupun mobil umum, terutama yang melintasi Mesuji berbatasan dengan Sumsel, dengan membayar mulai dari Rp200 ribu hingga Rp1 juta.
Hampir seluruh truk yang masuk Jalan Lintas Timur Sumatera di wilayah Mesuji Lampung itu harus setor uang.
"Kalau tidak, kami dipersulit, diancam dirusak kendaraan, bahkan dicelakai," ujar salah seorang sopir truk yang enggan disebutkan namanya.
Dia menuturkan, pungli dilakukan dengan modus ketika mobil truk pengangkut barang memasuki areal perbatasan Mesuji, Lampung dengan Sumsel, maka sopir truk atau kernet akan segera turun dari mobil lalu memberikan uang ke meja oknum dan preman yang sedang berjaga di rumah makan maupun semua titik di rumah makan menggunakan memo pengawalan oleh preman bersenjata api itu.
Selain diduga menjadi sarang preman, kawasan Mesuji Lampung yang berbatasan dengan Provinsi Sumsel itu, juga ditengarai merupakan sumber pungli bagi oknum preman bersenjata api.
Sopir angkutan pun dipungut uang antara Rp200 ribu hingga Rp1 juta per mobil saat masuk fasilitas pemungutan oleh preman yang berjaga pada semua rumah makan di Lampung maupun di Sumatera Selatan itu.
Keberadaan preman bersenjata api di Mesuji itu meresahkan masyarakat, terutama para pengemudi truk, ujar salah seorang sopir truk angkutan barang itu pula.
Pengakuan sejumlah sopir, pungli itu terjadi karena menggunakan jasa pengawalan preman bersenjata api, yang kini marak di ruas Jalintim di Mesuji.
Sopir truk tronton dari Jawa Timur tujuan Jambi, Parjo, mengaku sejak dua bulan terakhir memilih menggunakan jasa pengurus timbangan daripada masuk Jalan Lintas Timur Sumatera di Mesuji itu.
Menurutnya, cukup membayar denda Rp200 ribu sampai Rp1 juta, dia diberi stiker tanda bukti kartu dari pengurus untuk melintasi Jalintim Mesuji.
"Daripada ribut dan malas ribet, saya pakai jasa pengurus preman saja," ujar warga Semarang, Jawa Tengah itu pula.
Praktik meminta sejumlah uang tanpa dasar hukum yang jelas oleh oknum preman di beberapa titik sepanjang Jalintim di Mesuji, Lampung dan wilayah Sumsel akhir-akhir ini dikeluhkan kembali marak dan membebani biaya operasional, kata Yuda, salah satu sopir truk barang Palembang-Jakarta.
Menurut dia, beberapa waktu lalu praktik pungli di Jalintim terutama yang biasa dilaluinya antara Lampung berbatasan dengan Sumsel kembali marak.
Praktik pungli oleh preman bersenjata api tersebut diharapkan segera ditertibkan, karena selain menambah beban biaya operasional, juga dapat mengakibatkan terganggu perjalanan karena pada titik yang terdapat sekelompok preman dan yang melakukan pungli, laju kendaraan melambat sehingga terjadi penumpukan kendaraan.
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016