Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan ledakan molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11), merupakan peringatan bagi pemerintah bahwa radikalisme masih ada di Tanah Air.
"Kami merasa prihatin dan bersedih atas korban bom kemarin. Sekali lagi ini memberikan kita suatu warning bahwa radikalisme, terorisme masih ada di sekitar kita. Bahkan, cukup banyak," katanya di Kantor Wakil Presiden di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Senin sore.
Ia mendorong personel TNI dan Polri memprioritaskan upaya perlawanan terhadap radikalisme dan terorisme.
"Langkah-langkah pemerintah tentu di samping pendidikan dan upaya sosialisasi, juga pendekatan keamanan dan hukum harus ditegakkan," kata Kalla setelah menemui ratusan murid SMP Athirah, Makassar, di ruang kerjanya.
Akibat ledakan molotov di depan Gejera Oikumene, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, satu balita berumur 2,5 tahun meninggal dunia pada Senin subuh sekitar pukul 04.00 WITA akibat luka bakar parah.
Ledakan itu juga mengakibatkan lima orang terluka, empat di antaranya menderita luka bakar serius dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah IA Moeis, Samarinda Seberang. Di antara korban yang terluka juga ada anak-anak.
Pelaku peledakan, yang berambut panjang, berhasil ditangkap warga saat hendak melarikan diri dengan cara berenang di Sungai Mahakam.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016