Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antar bank di Jakarta pada Senin pagi turun 67 poin menjadi Rp13.447 per dolar AS.

"Ketidakpastian global yang meningkat ketika pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia diumumkan relatif melambat sudah cukup untuk memicu pelemahan rupiah terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Ia mengatakan tekanan terhadap rupiah berpeluang bertahan dalam jangka pendek ini, paling tidak sampai pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan Desember.

"Namun ruang pelemahan bisa tertahan dengan intervensi Bank Indonesia di pasar valas dan surat utang negara," katanya.

Ia memperkirakan bahwa dalam jangka menengah membaiknya indikator fundamental seperti defisit neraca transaksi berjalan, inflasi serta prospek perbaikan defisit fiskal akan menjaga tren penguatan rupiah.

Rangga juga mengatakan bahwa fokus akan perlahan beralih ke data perdagangan Indonesia dan kebijakan Bank Indonesia terhadap BI 7-day (Reverse) Repo Rate yang sedianya akan dirilis pekan ini.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova, mengatakan di tengah sentimen yang masih cenderung negatif, aksi hindar terhadap aset mata uang berisiko masih berlanjut, sehingga menambah tekanan terhadap mata uang rupiah.

Di sisi lain, dia menjelaskan, sebagian pelaku pasar mulai melirik komoditas emas emas sebagai pengalihan karena logam mulia dinilai dapat menjaga nilai aset agar tetap stabil.


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016