New York (ANTARA News) - Kemenangan mengejutkan Donald Trump pada Pemilu Presiden Amerika Serikat telah mengakhiri kecenderungan membeli obligasi yang sudah bertahan 30 tahun lamanya karena investor meramalkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS akan bergerak cepat selama era Trump sehingga investor melarikan portofolio modalnya ke saham ketimbang kepada obligasi.
Dalam dua hari ini sekitar 1 triliun dolar AS modal terpompa keluar dari pasar obligasi global di seluruh dunia yang merupakan paling buruk dalam 1,5 tahun terakhir. Fenomena ini terjadi karena investor memperkirakan pemerintahan Trump akan menggenjot investasi bisnis dan belanja, namun inflasi naik.
"Kami melihat pergeseran sentimen di pasar obligasi. Kami juga mengalaminya. Orang mulai merealokasi obligasi untuk dimasukkan ke saham," kata Jeffrey Gundlach dari DoubleLine Capital yang berbasis di Los Angeles, perusahaan modal yang mengelola asset sekitar 106 miliar dolar AS.
Penarikan besar-besaran modal dalam obligasi telah melesatkan yield obligasi AS ke puncak tertingginya sejak Januari di mana yield untuk jangka 30 tahun mencatat kenaikan tertinggu mingguan sejak Januari 2009.
Larinya portofolio modal dari obligasi ke saham ini telah menyuntik pasar saham di mana indeks patokan Dow Jones Industrial Average di Wall Street menyentuh angka paling tinggi dalam lima tahun terakhir, Jumat pekan lalu, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016