Canberra (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan Bersenjata Australia sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam operasi militer selain perang, operasi kemanusiaan, memerangi terorisme serta pelaksanaan tugas-tugas operasi pasukan pemelihara perdamaian PBB. Kesepakatan itu mengemuka dalam pembicaraan bilateral antara Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dan dengan Panglima Angkatan Bersenjata Australia, Marsekal Allan Grant (Angus) Houston dan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen P.F. Leahy di Canberra, Australia, Kamis dini hari. "Keseluruhan bidang kerja sama itu akan kita tingkatkan pada masa mendatang," kata Djoko Suyanto kepada ANTARA News di Canberra. Djoko mengatakan, kerja sama angkatan bersenjata kedua negara telah terjalin baik tidak saja dalam bentuk latihan bersama, pendidikan dan latihan serta pertukaran perwira. Tidak itu saja, petinggi militer kedua negara itu juga sepakat untuk mewadahi secara formal segala bentuk kerja sama yang telah terangkai antara kedua angkatan bersenjata. Terkait Perjanjian Lombok (Frame Work Of Security Agreement antara Indonesia-Australia yang ditandantangani di Lombok tahun lalu, Panglima TNI mengatakan, sudah ditindaklanjuti di tingkat panglima angkatan bersenjata kedua negara dan segera akan dilanjutkan pada tingkat menteri pertahanan kedua pihak melalui kesepakatan kerja sama pertahanan. Sekitar pukul 16.00 waktu setempat, Panglima dan rombongan berkesempatan untuk menaruh karangan bunga di "War Memorial" sebagai penghormatan atas para pahlawan negara itu. Rabu malam, Panglima dijamu Marsekal Houston bersantap di rumah dinasnya. Kunjungan Panglima TNI di Australia merupakan kunjungan balasan terhadap kunjungan Marsekal Allan Grant (Angus) Houston ke Indonesia. Dalam kunjungan balasan itu, kedua pihak antara lain membicarakan kelanjutan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Lombok (Frame Work Of Security Agreement antara Indonesia-Australia yang ditandatangani di Lombok tahun lalu-red.) guna memperkuat kerja sama militer kedua negara. Selama kunjungan itu, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto juga dijadwalkan bertemu Perdana Menteri John Howard di Sydney. Seperti termuat dalam informasi KBRI Canberra, disebutkan bahwa kerja sama pertahanan antara kedua angkatan bersenjata sudah dimulai sejak 1968 dengan program pemetaan di Indonesia. Selanjutnya, pada dekade 1980-an, kerja sama tersebut diwadahi dalam suatu lembaga yang disebut "Indonesia-Australia Defence Cooperation Program" (DCP). DCP ini memiliki kegiatan rutin setiap tahun berupa pertemuan yang dilaksanakan secara bergiliran di Australia dan Indonesia. Beberapa kerja sama yang telah dilakukan selama ini adalah Latihan Kartika-Kangaro (TNI-AD), Latihan Albatros (TNI AU) dan Latihan Kakadu, latihan Cassoary, Passex dan Latihan Cakrawala baru, serta pengadaan kapal patroli dan pesawat Nomad (TNI AL). Kendati kerja sama militer kedua negara sempat terganggu akibat krisis Timor Timur tahun 1999 dengan dihentikannya seluruh kegiatan DCP kecuali program pendidikan, kedua pihak berupaya kembali memperbaiki kerja sama bilateralnya yang ditandai dengan penyelenggaraan pertemuan informal pejabat Dephan RI dan Dephan Australia tahun 2001. Selanjutnya kerja sama pertahanan kedua negara kembali membaik, seperti dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan bersama yang diselenggarakan Dephan, angkatan bersenjata dan satuan angkatan bersenjata kedua negara. Beberapa kegiatan itu adalah dialog strategis pertahanan, penelitian dan analisis bidang intelijen, seminar keamanan maritim, manajemen konsekuensi dan kontra terorisme, dan seminar tentang pasukan penjaga perdamaian.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007