Alih teknologi adalah misi kami."
Tokyo (ANTARA News) - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Batang, Jawa Tengah, berkapasitas 2.000 MegaWatt (MW) yang ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2020 menggunakan teknologi ultra-super tekanan kritis (ultra-super critical pressure/USCP) dari Jepang yang terbukti efisien dan ramah lingkungan.
Kepastikan tersebut mengemuka dalam pertemuan pejabat terkait J-Power dengan delegasi wartawan Indonesia yang mengunjungi PLTU Isogo yang berbahan bakar batubara milik perusahaan terkemuka Jepang tersebut di kawasan Teluk Tokyo, Yokohama, Jumat.
Dalam pertemuan tersebut, Kepala Divisi Usaha Kelistrikan Internasional J-Power Yoshiki Onoi menegaskan komitmen pihaknya pada pembangunan PLTU Batang dengan menggunakan teknologi USCP yang telah terbukti aman dan ramah lingkungan sebagaimana pengalaman PLTU Isogo.
"Filosofi kami adalah memberikan energi dan pelayanan yang berkelanjutan, dan kami berkomitmen memberikan sumbangan pada pembangunan Indonesia," katanya.
Delegasi wartawan Indonesia bersama Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Tohir dan Presiden Direktur PT Adaro Power Mohammad Effendi juga berkesempatan berkeliling untuk melihat secara langsung fasilitas dan lingkungan kerja di PLTU berkapasitas 1,2 juta kiloWatt (kW) itu.
Dari hasil penelusuran di sejumlah lantai gedung PLTU Isogo, termasuk menyaksikan fasilitas turbin dan operasi, kondisinya bersih dan tak berdebu. Bahkan, kadar debu seperti ditunjukkan salah satu layar di ruang operasi hanya tercatat 1 mg/m3n (unit 1) dan 1,0 mg/m3n (unit 2).
Seorang teknisi senior J-Power yang mendampingi delegasi wartawan selama kunjungan lapangan baik di ruang dalam maupun luar gedung PLTU Isogo mengatakan bahwa Pemerintah Kota Yokohama mewajibkan pihaknya untuk memenuhi standar emisi yang sama dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
"Jadi, kita membangun PLTU Isogo ini sesuai dengan standar Yokohama dengan tingkat kadar sulfur dan debu yang sangat khusus. Untuk PLTU Batang, standarnya tidak sama dengan standar kita yang memang khusus. Tapi, tekanan dan turbin sama dengan yang ada di sini (PLTU Isogo)," katanya.
Sementara itu, Direktur Umum Departemen Pengembangan Usaha Internasional J-Power Takashi Jahana menegaskan pihaknya memandang PLTU Batang, Jawa Tengah, sebagai proyek besar sehingga perusahaannya memberi dukungan yang sebaik mungkin, termasuk menempatkan 10 orang teknisinya di sana.
"Ketika PLTU Batang ini nanti sudah operasional, maka staf J-Power juga akan mendampingi staf-staf Indonesia. Alih teknologi adalah misi kami," kata Jahana.
Pembangunan PLTU Batang tersebut dilakukan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) yang didirikan J-Power (Electric Power Development Co., Ltd), Itochu Corporation dan PT Adaro Power, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh PT Adaro Energy Tbk.
Proses konstruksi PLTU Batang yang diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali ini telah berlangsung sejak Juni 2016, namun dalam perjalanannya ada sejumlah warga yang berkeberatan dengan pembangunan proyek senilai empat miliar dolar Amerika Serikat (AS) itu lantaran alasan terkait lingkungan hidup.
Pewarta: Rahmad Nasution
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016